Ucap ibu
dengan kata terbata-bata menahan rasa pilu sambil menyisir rambut Khanzah di
depan cermin.
“pantesan
aja uang bekal ku makin berkurang. Lalu, selama ini bapak kemana, bu?”
Tanya
Khanzah dengan nada kesal sambil melihat dirinya di depan cermin yang sedang
duduk.
“maaf nak,
selama ini ibu tak pernah memberitahukan kalau bapak mu ada dipenjara karna ibu
tak mau membuatmu bersedih..”
Jawab ibu
sambil meneteskan air mata.
Karna terkejut, wajah Khanzah pun memerah dan merasa sangat
kesal karna baru mendengar bapak nya ada di penjara. Lantas, tanpa berfikir
apapun Khanzah langsung mengeluarkan emosinya dan melontarkan kata kata kasar.
“Lalu,
sekarang kita punya apa untuk melunasi hutang? Apa cukup dengan gaji ibu yang
pas-pasan sebagai buruh cuci ? Aku malu bu! Aku malu kalau semua teman ku tahu
kalau bapak ku di penjara dan ibu ku seorang buruh cuci! Aku sangat malu!
Sekarang ibu pergi dari kamar sini!”
Khanzah pun
mendorong ibunya keluar dari kamar dan ia pun mengunci pintunya.
“nak...”
Ibu mengetuk
sambil menangis.
Khanzah pun melempar kan tubuh nya ke atas tempat tidur. Ia
tak peduli lagi atas semua yang ibu nya katakan, seolah olah ibunya dianggap
tidak ada. Khanzah pun membuka jendela, dilihatnya langit gelap yang bertaburan
bintang bintang dan disinari cahaya bulan. Namun, keindahan langit malam itu
tidak juga menyejukkan hatinya. Hanya kesal dan amarah yang ada di benak
Khanzah. Wajah merahnya masih tampak walaupun dia sudah mulai mengantuk. Khanzah
pun tertidur dengan rasa kesal yang teramat sangat.
Di tengah malam, ibunya terus melaksanakan solat malam dan
terus mendoakan Khanzah sambil menangis, dan terus memohon kepada tuhan.
* * *
“Braaakkk”
Suara pintu
yang sengaja Khanzah banting saat pagi ketika berangkat sekolah.
“hati-hati
nak..”
Ucap ibunya
dengan nada lirih.
Saat Khanzah menaiki metro mini, ia di ajak berbincang oleh 3
pemuda bertampang preman yang sudah di kenalinya. Saat Khanzah hendak turun, ia
mengambil obat obatan yang diberi oleh ke-3 pemuda tadi. Saat tiba di sekolah,
Khanzah melihat ke-4 temannya di depan kelas yang Khanzah tempati ,mengenakan
rok abu-abu dengan baju kemeja putih
layaknya pelajar menengah atas. Rene,Lolly,Tasya,dan Paula pun sewot dengan
kedatangan Khanzah yang sedikit telat.
“ jangan
lupa nanti malam kita ke klub malam ya..”
Ajak Tasya,
Khanzah pun hanya mengangguk dan ke-4 teman nya tersebut pergi.
Sebelum masuk kedalam kelas, Khanzah menyembunyikan
obat-obatan tadi di balik pot tanaman agar
terhindar dari razia. Ketika pelajaran berlangsung, Khanzah sempat
digosipkan oleh teman-teman sekelasnya dan hampir membuat Khanzah mengeluarkan
kata kata kasar. Sore itu, saat jam
pulang, Khaznah sempat ingin menghajar Faris dan Jane yang menggosipkan dirinya
tadi, namun niat itu dibatalkan karena ke-4 temannya sudah mengajaknya pulang.
Ketika sampai di rumah, Khanzah langsung melemparkan tas
ranselnya ke atas tempat tidurnya dan segera mengacak-acak isi lemari. Sembari
mengacak-acak, Khanzah mencoba satu persatu pakaian nge-trend sambil bercermin.
Ia menemukan baju yang menurutnya cocok untuk bermalam bersama ke-4 temannya.
Khanzah pun segera berdandan dan mengenakan baju pilihannya itu tak lupa dengan
membawa obat obatan yang di dapatkannya pagi tadi.
Karna tidak ada ongkos, Khanzah pun menghampiri ibunya yang
sedang membaca al-qur’an. Ibunya hanya memberi uang 10 ribu saja. Karna kesal, Khanzah langsung
berkata kasar serta memukul ibunya dan juga menendang al-qur’an yang ada di
tangan ibunya hingga terjatuh. Ibunya sudah melarang Khanzah untuk pergi, namun
putrinya itu malah membantah bahkan mencaci maki ibunya sendiri.Ibunda Khanzah
tetap sabar, dan hanya meneteskan air mata. Khanzah pun pergi tanpa berpamitan
meninggalkan ibunya yang tetap berdoa sambil menangis.
“Zah, lo
punya bawa obat ya? Bagi dong.. “
Kata Rene
saat menggeledah tas Khanzah. Dan Khanzah pun hanya mengangguk.
“guys, udah
mau malem nih, langsung aja ya ke klub..”
Ucap paula
sambil menyetir mobil nya mnuju tempat klub malam.
Setelah sampai, mereka pun segera ber make-up wajah dan
segera keluar dari mobil tersebut. Malam begitu dingin, tapi mereka tetap
mengenakan pakaian kurang bahan seolah tak peduli dengan dinginnya udara yang
ada di sekitarnya. Melewati pintu masuk, bau alkohol dan obat obatan sudah
mulai tercium, mereka di undang untuk menjadi DJ di klub itu. Setelah selesai
menghibur, mereka pun duduk di sofa sambil menyerbu obat-obatan yang ada di
dalam tas Khanzah dan meminum minuman alkohol seolah tak memperdulikan bahwa
orangtu tua mereka sedang khawatir menunggu mereka pulang ke rumah.
Tepat jam 3 pagi, sungguh seperti manusia ang kehilangan akal
sehatnya. Matanya berputar-putar kesana kemari mengikuti arah lampu disco
berputar. Satu persatu dari mereka di ajak menari bersama-sama. Khanzah merasakan
kesakitan pada perut kanannya dan sempat tergeletak di lantai ketika menari.
Matanya berputar-putar seperti orang kehilangan ingatan dambil memegangi perut
kanannya yang terasa sangat sakit dan mulutnya mengeluarkan air busa berwarna
putih.
Tak lama kemudian, Tasya, Lolly,Paula dan Rene membawa
Khanzah kedalam mobil dan pergi dari klub malam itu. Dalam keadaan mabuk, Paula
nekat menyupir mobilnya. Hingga tiba di tingkungan tajam Paula kehilangan
kendali dan mobilnya menabrak pohon besar yang sudah tua. Kecelakaan itu,
membuat mereka berempat mengalami luka yang cukup serius terutama Khanzah. Ke
lima gadis itu dengan segera dilarikan ke rumah sakit pusat oleh warga
setempat.
Saat Ibunda Khanzah sedang melaksanakan solat tahajjud, tiba
tiba bingkai kecil yang di dalamnya foto Khanzah pun jatuh secara tiba tiba.
Soantak ibu nya terkejut dan langsung memeluk foto itu sambil menangis seolah
merasakan sesuatu yang dialami putri nya itu. Tiba-tiba telepon rumah berbunyi
dan yang menghubunginya ternyata pihak rumah sakit. Ibunda Khanzah sangat
terkejut dan segera bergegas menuju rumah sakit Harapan Kasih yang agak jauh
dari rumah.
Dokter mengatakan pada ibunda Khanzah bahwa anaknya mengalami
kerusakan organ tubuh yang sangat serius. Khanzah butuh donoran hati dan ginjal
karena hati dan ginjalnya telah rusak akibat obat obatan da alkohol yang ia
konsumsi. Tanpa berfiikir panjang, ibunda Khanzah mau mendonorkan hati dan
ginjalnya kepada putri nya itu dan segera menandatangani surat persetujuan dari
pihak rumah sakit.
Sebelum menjalankan operasi pengambilan organ, ibunda Khanzah
di izinkan menemui putrinya yang terbaring diruang UGD itu. Ibu pun menggenggam
erat tangan Khanzah lalu menciumi dahi nya sambil menangis sambil berdoa untuk
putrinya itu. Saat dipanggil untuk operasi, sang ibu berpesan kepada sang doter
agar menyampaikan pesan titipannya kepada putri yang di cintainya.Setelah 3 jam
berlalu, operasi pun berjalan dengan lancar.
Terdengar suara langkahan kaki seorang perawat dan membuka
tirai jendela. Khanzah pun mulai menggerak-gerakkan jari-jarinya ke arah gelas
berisi air dan mencoba membuka matanya serta mencoba mengucapkan sesuatu.
Perawat itu pun datang menghampiri Khanzah.
“kakak udah
sadar? Tadi kakak mau bilang apa? Kakak mau minum? Sini suster bantu..”
“aku tak mau
dimanja! Sekarang aku dimana? Mana teman teman ku? Ada apa denganku?”
Tanyanya
dengan dengan nada kesal.
“kamu sedang
di rumah sakit, teman-teman kamu sudah pulang tadi subuh. Kamu mengalami
kerusakkan hati dan ginjal. Tapi tak perlu khawatir, kamu udah dapet donoran
hati dan ginjal kok, malah udah dipasang.”
“siapa yang
pendonornya?”
Tanya
khanzah dengan ekspresi wajah cuek.
“ibu mu..”
Petir tiba-tiba
menyambar hati Khanzah dan mematikan perasaan kesalnya saat perawat itu bilang
bahwa pendonornya adalah ibunya sendiri. Khanzah pun bergegas turun dari ranjang dan berlari
menuju lobby untuk menanyakan keberadaan ibunya. Ia pun segera menuju ruang
UGD. Dilihat ibunya terbaring dengan selang oksigen di hidungnya. Khanzah tak
kuat menahan sakitnya bathi. Ia pun segera menghampiri ibunya dan memeluknya
erat-erat sambil menagis tiada henti.
“Ibu jahat!
Kenapa ibu tega donorin hati dan ginjal buat Khanza?! Ibu! Maafin Khanza!
Khanza emang salah selama ini! Harusnya Khanzah denger kata ibu dari dulu!
Maafin Khanzah bu! Maafin khanzah! Kanzah salah banyak sama ibu!”
Tangan
ibundanya pun mengelus kepala Khanzah dengan lemas.
“Ib..bbuu..
sayy..yyang.. Khan..zah..”
Dan
akhirnya, Ibu meninggalkan Khanzah sambil tersenyum, dan menangis saat menagatakan kata terakhir untuk Khanzah.
Khanzah
tampak menangis histeris melihat ibunya pergi dan tak akan kembali.
---Tamat---