Pengalaman SPMB STSN tahun 2015/2016

by - 13.33.00

Aku mau cerita pengalaman lagi nih, kali ini tentang SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru)  STSN, tahun 2015.

Btw,  aku mau jelasin dulu ya,
STSN itu singkatan dari Sekolah Tinggi Sandi Negara,  STSN merupakan sekolah ikatan dinas di bawah naungan Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia. STSN merupakan satu-satunya pendidikan tinggi persandian di Indonesia. STSN ini nih didirikan untuk
memenuhi kebutuhan peningkatan kualitas SDM aparatur bidang persandian yang mampu menjawab tantangan perkembangan teknologi informasi dan ancaman terhadap pengamanan informasi rahasia negara. (sumber : wikipedia)

Sebenernya sih awalnya aku cuma sekedar iseng2 daftar aja, soalnya kan waktu SMA itu aku daftar2 nya di sekolah kedinasan, nggak fokus ke universitas ~
Jadi bulan maret ya kalau gak salah, aku search di internet tentang sekolah kedinasan yang sudah buka pendaftaran, awalnya sih gak minat di STSN, karena udah pesimis sama tinggi badan.
Sudah dipastikan gak bakalan dapet.
Dan akhirnya aku mulai mencoba nya dan mengajak teman-teman ku untuk mendaftar.
Dan dari semua teman yg aku tawarin itu pada gak mau, karna kurang minat di sekolah kedinasan, mereka lebih memilih universitas bergengsi.
Tapi aku gak nyerah, aku tawarin lagi, aku yakinin teman ku.  Dan akhirnya aku dapat.  Walaupun hanya satu :')

Proses pendaftaran pun kami mulai,  jadi waktu itu aku buka website nya STSN dan mendaftar disana, lalu kami mendapat keterangan2 apa saja yang harus disiapkan untuk tes tahap 1,  administrasi.

Perjuangan di mulai. Aku dan teman ku di kelas menjadi orang yang paling sok sibuk,  dari mengurus surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian, membuat surat keterangan peserta ujian nasional di TU sekolah, fotokopi -  legalisir rapot sampe semester 5, lalu aku lupa lagi, pokoknya banyak.

Ada satu yang kurang dan sangat susah mencari waktu untuk melengkapinya. Surat keterangan sehat.
Keterangan sehat bukan sekedar surat keterangan yang di tanda tangani dokter saja.
Tapi surat keterangan narkoba, hiv, mata, dan kesehatan,  istilah lain nya medical chek-up. Tapi syarat nya harus di rumah sakit pemerintah.
.
Hari senin,  Kami berdua rencanakan untuk medical chek-up, selesai upacara bendera, kami datang menuju guru piket untuk meminta surat izin. Meminta surat izin kepada guru piket itu gak gampang, susah banget.  Kita harus menjelaskan sampai titik akar tujuan kita, baru dikasih izin. Aku waktu itu sampe nunjukin catatan dokumen yang harus di lengkapi dan juga sampai memohon mohon sama guru piket. Ya karena saking susah dapetin nya.

And finally, Kami dapat juga izin. Yeay! Kami gak mengikuti pelajaran hari senin ini. Padahal banyak tugas buat anak kelas 12, ada intensif buat UN pula.

Kami pun pergi ke puskesmas (karna gak tahu medical chek-up) .  Sesampainya disana, Kami malah diberitahu kalau mau medical chek-up harus ke RSUD, bukan di puskesmas.  Ya kami kan gak tahu yang beginian, dan kami juga baru pertama kali.  Dan ini mengurus sendiri lho tanpa ada campur tangan orang tua.
Sesudah nya kami dari puskesmas, Kami langsung saja menuju RSUD Kabupaten , yang jarak nya gak jauh dari puskesmas.

Sesampainya disana, Kami bingung. Jujur.  Itu pertama kalinya aku datang ke RSUD. ruangan antrian begitu padat, banyak orang-orang yang berdiri menanti panggilan.
Karena kami gak tau apa apa, Kami pun langsung menuju satpam yang ada di meja teller.
Aku sih yang nanya, temenku malu gitu deh haha.
Jadi aku jelasin tujuan aku ke pak satpam ini dan ibu administrator yang ada di samping nya.
Lalu aku di kasih nomor antrian, katanya kami mesti mengantri terlebih dahulu, menunggu nomor yang kami pegang.
Kami pun di panggil, lalu menyerahkan fotokopi ktp kami,  dan kami membayar 18.000 rupiah untuk biaya dokter umum yang akan melayani kami.
Kami pun pergi menuju bagian dokter umum dan menunggu di ruang tunggu.
Berjam jam kami menunggu di panggil hingga waktu sore pun tiba. Saat kami coba bertanya dan masuk ke ruangan dokter mengapa kami belum juga di panggil, ternyata kami yang salah. Dokter menyebut kan seharusnya bukti pendaftaran dokter umum yang sudah di bayar tadi di simpan di atas meja dalam ruangan dokter ini. Dan akhirnya kami pulang membawa rasa lelah dan kecewa teramat dalam karena waktu kami hari itu terbuang sia sia hanya untuk menunggu di ruangan tunggu hampir seharian (dari pagi lhooo) .  Dan dokter pesan kepada kami agar besok membawa uang sebesar 500rb rupiah, nanti dokter itu yang akan mengurus semua surat kesehatan nya.

Hari berganti, Kami sengaja tidak masuk sekolah dan menitipkan surat izin orang tua hari ini pada teman sekelas, jam 7 lewat tepatnya, Kami pergi ke RSUD lagi. Dan kami langsung menghampiri dokter umum tanpa pendaftaran terlebih dahulu. Setelah bertemu dengan dokter, Kami menunggu berkas2 yang sedang di urus oleh dokter di luar ruangan.  Hal pertama yang kami lakukan sesuai prosedur dokter adalah menuju poli mata.  Disana kami di cek apakah kami buta warna atau tidak, tes nya itu seperti menyebutkan angka berapa yang bisa kita lihat di dalam sebuah gambar yang di penuhi warna. Karna kami jelas melihat angka, Kami terbukti jika mata kami tidak buta warna. (btw yang ngantri nya banyak, dan kebanyakan langka, yg muda hanya kami) .  Selanjutnya, Kami tes narkoba, hiv, dan darah.  Kami menuju bagian laboratorium. Disana kami membayar terlebih dahulu ke kasir sebesar 200k lebih.  Lalu petugas laboratorium mengambil sample darah dari kami, tepatnya di lengan kami memakai jarum suntikan, terasa ngilu.  Dan satu lagi, Kami di minta memberi sample air seni juga (baca : air kencing).  Dan akhirnya kami pergi ke toilet. Dan kami kurang nyaman disana, toiletnya seperti toilet umum yang tidak pernah terurus. Bau, tidak ada kunci, bahkan langka air. Padahal itu toilet rumah sakit. Sungguh itu pelayanan yang sangat minim sekali.

Selesai dari laboratorium, dan sudah mendapatkan surat2 kesehatan, Kami pergi memfotokopi lalu kembali ke ruangan dokter umum untuk melegalisir. Kami selesai sekitar pukul 2 siang. Padahal kami berangkat pagi sekali.

Dengan rasa gembira, kami melengkapi persyaratan dan kami membungkusnya kedalam map amplop lalu dikirim melalui pos.
Kami tidak berharap lebih untuk seleksi tahap 1, tapi setidaknya kami sudah berusaha sampai bolos sekolah 2 hari. Mudah2an tidak mengkhianati hasil.

Hari itu datang, pengumuman seleksi tahap 1. Pengumuman nya di website STSN. pada proses pendaftaran sebelum nya saja ada sekitar 4 ribu peserta, namun yang lolos di tahap 1 ini ada sekitar 1400 kurang lebih mungkin (karna sudah agak lupa) .

Hari registrasi off line.
Registrasi di lakukan di kampus STSN yang terletak di Jl. Raya Haji Usa, Desa Putat Nutug, Kec.Ciseeng, Jawa Barat.
Aku pergi ke kampus STSN bersama ayahku.
Jam 5 dikala langit masih gelap, Kami berangkat dari rumah menuju kantor kedua orang tua ku di Jakarta,  di kantor pusat Kementerian Sosial yang ada di jalan Salemba Raya. Sesudah sampai, aku menunggu ayahku untuk absen finger print di ruangan nya. Lalu kami pergi menuju stasiun Manggarai menaiki bajaj dari perempatan Matraman. Untung nya kami punya kartu emoney 2, jadi kami tidak repot harus mengantri dahulu ke loket dan membuang waktu. Kami pun pergi ke peron 6 (kalo gak salah)  menanti Commuter line yang menuju ke arah Bogor. Tak lama, kereta itu pun datang, di dalam terasa sejuk, dan tidak berdesakan.  Kami turun di stasiun Depok Baru dan melanjutkan perjalanan menaiki angkot yang ke arah terminal pasar.... (lupa hehe)  di angkot, kami bertemu dengan peserta lain yang mau registrasi juga, dia bersama ibunya. Ibunya pun berbicara dengan ayahku. Dan aku berkenalan dengan anaknya, cowok.  Kami saling bertanya jawab sekilas tentang sekolah dan lanjutannya. Ternyata dia dari kota yg sama dengan ku, Bekasi. Hanya saja aku Kabupaten, bukan kota. Dia juga mendaftar ke ikatan dinas yang sama seperti ku.  Ke STSN dan STIS. Saat sampai di terminal, Kami pindah angkot yang katanya melewati kampus STSN. perjalanannya cukup panjang dan sangat jauh. Jalanan nya kecil hanya dua jalur dalam satu baris tidak besar seperti jalanan di Jakarta yang sangat luas. Jalannya berbatu dan berdebu. Saat kami sampai di kampus STSN, dari pintu gerbang kami berpisah dengan orang tua karena yg boleh masuk hanya peserta. Kami pun menuju pos satpam untuk mengambil nomor antrian. Selanjutnya, Kami menuju ruang auditorium yang lokasi nya ada di belakang gedung yg dekat gerbang. Kami berjalan berdua mengobrol mengenai pengalaman masing2 bak seperti teman yang sudah akrab lama. Setelah kami memasuki ruangan auditorium, Kami pun duduk mengantri panggilan, Kami bersebelahan. Nomor aku pun di panggil, aku pergi ke meja panitia nomer 1  untuk tanda tangan, selanjutnya pergi ke meja panitia lain untuk verifikasi berkas dan ttd kartu peserta.  Selesai registrasi, Kami keluar dari auditorium. Disana ada taruna yang memakai pakaian dinas, untuk memberi kan informasi lebih lanjut yang ada di papan pengumuman mengenai tes tahap 2, yaitu  TKA(tes kompetensi akademik)  yang soal - soal nya tentang pelajaran matematika dan bahasa inggris.
Ada pula taruna yang menjual souvernir STSN dan Buku bank soal STSN. aku membeli 2 buku STSN untuk temanku yang satu buah nya seharga 60rb.

Kami pulang bersama lagi menuju stasiun, kami memang mengobrol tentang apa saja, tapi kami saling tidak mengenal nama, sampai saat berpisah pun kami tak sempat menyebutkan nama.

H-1 tahap 2, TKA, temanku menginap di rumahku. Kami semalaman belajar kurang fokus ditemani rasa ngantuk yang sangat di temani alunan lagu Love Me Like You Do. Kami pun tidur jam setengah 12 malam. Dan kami berangkat ke stasiun Bekasi jam 3 pagi menggunakan ojeg langganan aku yg sudah di pesan semalam. Disana kami mengejar jadwal keberangkatan commuter line pertama jam 5 pagi. Tidak lupa sebegitu azan, temanku menjalankan ibadah subuh, sedangkan aku tidak karena sedang berhalangan. Kami pergi menaiki commuter pertama tidak mendapatkan tempat duduk, dan terpaksa berdesakan dengan penumpang lainnya. Memang sejuk dan tidak membuat keringat keluar, tapi perjalanan menuju stasiun transit sangat terasa sempit dan pegal.
Sesampainya di stasiun Manggarai, Kami transit menaiki commuter tujuan bogor dan turun di stasiun Bogor. Lokasi tahap 2 ada di gedung Graha Widya Wisuda, IPB Bogor (Dramaga), Jl. Raya Dramaga Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Jawa Barat, Indonesia. Kami menaiki angkot 2 kali untuk sampai ke IPB. Disana tempatnya rindang, dan banyak sekali peserta-wali peserta yg datang menggunakan mobil.  Terlebih dahulu kami mengantri sesuai nomor peserta yang kami dapat untuk menunjukkan kartu peserta. Setiap barisan, berbeda lokasi perempatan duduk nya. Ada yang duduk di lantai utama menggunakan kursi lipat, ada juga yg duduk di lantai dua, kursi penonton (gatau namanya).
Soal pertama yang kami kerjakan adalah soal matematika. Soalnya sangat mudah dikerjakan jika benar-benar belajar giat, dan ada pula soal yang sama persis seperti soal try out akbar STIS yang kemarin aku ikuti (baca di pengalaman USM STIS 2015)  sayangnya aku lupa jawaban benar nya dan akhirnya aku mengisi sebagaimana aku bisa  mengerjakannya.  Saat mengerjakan soal bahasa inggris pun begitu, banyak soal yang sering aku temui saat bimbel STIS, tapi sayang aku tidak fokus belajar nya.
Setelah selesai mengikuti tes TKA dan pulang, aku tidak terlalu berharap, aku sudah ikhlas apa pun hasilnya.

Dan saat hari pengumuman TKA, aku membuka website SPMB STSN, tidak ada nomor peserta aku tercatat disana, nomor peserta teman aku juga tidak ada. Yah mungkin STSN bukan rezeki aku, tapi aku bangga sudah bisa mengikuti TKA, dan lolos dari tahap 1. Karena banyak juga yg tersingkir saat mengikuti tahap 1. Aku tidak menyerah, dan masih berjuang untuk kedinasan lainnya. Next aku tulis lagi pengalaman aku. 😊

You May Also Like

11 komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Wah ada pdkt nya juga hahaha..
    Btw soal STSN itu tipe soal nya sama kyk STIS atau gimana kak? Pola nya kyk UN/SBM kak.. soalnya aku jg mau ke STSN kak tahun ini doakan yaaaa hihihi

    BalasHapus
  3. kak, rentetan ceritanya bagus baget, cepet paham akunya kak, aku mau nanya ni kak, semoga kakak bersedia menjawab, hehe 😁
    apakah di saat TKA pake sistem minus atau nggak kk?
    sebelumnya makasi udah share pengalamannya k kita-kita kk 😇

    BalasHapus
  4. Sangat bermanfaat informasinya. Terimakasih

    BalasHapus
  5. kak apakah di stsn tudak boleh minus?

    BalasHapus
  6. Emang dari awal pemberkasan udah di persulit, biar pihak sananya tau orang2 yang daftar di STSN emang niat beneran bukan hanya setengah2

    BalasHapus
  7. Pengalaman yang sangat menarik dan inspiratif, semoga saya juga bisa mencontoh keuletan kakak yaa. .inshaAllah saya juga akan mendaftarkan diri di SPMB STSN 2019 yg akan datang. .😊

    BalasHapus
  8. Di persyaratan itu kn nggada minimal tinggi nadan, kalo tinggi cuma 150 bisa ngga sih ka?
    Niat, pengen bgt stsn. Tpi kendala tinggi badan.

    BalasHapus
  9. Kak tinggi badannya minimal brp?

    BalasHapus