Bismillahirrahmanirrahiim
“Masih terlalu
muda untuk memikirkan pernikahan”
Itulah kata-kata
yang sering ku dengar saat ada teman yang membicarakan soal pernikahan selagi sedang
berstatus mahasiswa. Memang tidak seharusnya memikirkan soal pernikahan di usia
pendidikan, sebab seorang mahasiswa dibebani untuk hanya fokus terhadap perkuliahan
dan bagaimana caranya untuk lulus tepat waktu dengan hasil yang terbaik. Tapi
berbeda denganku, mendengar kata ‘pernikahan’ , ada sesuatu yang tiba-tiba
terbayang didalam benakku dan akan aku coba untuk ceritakan gambaran itu.
Pernikahan bagiku
tidak hanya sekedar ‘sah’ , tidak hanya sekedar ganti status atau juga hanya
sekedar mempunyai pasangan ‘halal’ , biar kemana-mana ada yang nemenin gituuu
(cieee).
Gak !
Pernikahan
bagiku, berarti ‘ikhlas dan berani’ menerima segala resiko kehidupan bersama , ‘ridho
dan memaafkan’ atas segala kejadian yang dihadapi bersama, dan yang paling
beratnya adalah saling ‘sayang dan berbagi’ suka dan duka bersama. Pernikahan
bagiku adalah menyatukan dua keluarga yang tadinya hanya satu komunitas menjadi
jaringan yang sangat luas. Maka dari itu, pernikahan gak bisa kalau hanya
sekedar main-main aja!. Pernikahan itu serius, maka dari itu kita harus
benar-benar selektif dalam memilih keluarga mana yang baik untuk kita dan yang
dapat menerima segala keadaan kita. Kenapa? Sebab keluarga itu adalah ladang
pahala lho. Jadi harus cari pasangan dari keluarga yang baik-baik!
Ini masih intro
soal ‘why aku nulis begini’ , belum ke intinya.
Pernikahan Impian
dari seorang mahasiswa akhir yang biasa
dipanggil hanifa ini adalah........
Pernikahan
impianku, disandingkan dengan seorang laki-laki yang mengenal Islam , bertanggung
jawab , dan menyayangi orang tuanya terlebih
kepada ibunya.
Mengenal islam,
bukanlah hal yang mudah apabila sekarang kita berada pada lingkungan yang justru dapat menjauhkan
kita dari segala hal yang baik. Bukanlah hal yang sepele ketika kita berada
dalam perjalanan kehidupan. Bukanlah hal yang bisa didapat secara asal-asalan.
Mengenal islam itu butuh hidayah dan keikhlasan hati. Mengapa? Karena
kebanyakan orang sulit menerima ketentuan Rabb nya , padahal mengaku mengimani
Islam. Tentu peran hidayah disini sangat berarti, dan mendapatkan nya bukan
diam menunggu tapi menjemput. Ya, sudah seharusnya kita sebagai insan yang mengaku
islam menjemput hidayah untuk mendapatkannya.
Pernikahan
impian, bukan sekedar keinginan semata, tapi sebuah keyakinan tinggi untuk
mendapatkan hasil yang InsyaaAllah menjemput keberkahan dalam kehidupan yag
dihadapi bersama.
Pernikahan
impianku, adalah hanya sebatas antara aku, pasangan, dan Allah SWT yang tahu
dan merasa manis pahitnya yang dirasa. Bagaimana dengan orang lain? Tidak,
sekali-kali tidak akan aku biarkan orang lain tahu bagaimana romantisnya hubungan
kami dan tidak juga aku biarkan orang-orang mendengar segala keburukan tentang
hubungan kami. Karena semua semata-mata karena cukuplah Allah yang mengetahui,
mengatur, dan memberi kemudahan untuk jalan keluar. Sebab orang lain tidak
dapat memberikan hal-hal yang terbaik dengan cuma-cuma. Dan hal yang paling
mengingatkan aku untuk selalu lari kepada Allah adalah bahwa kita sebagai
manusia diciptakan dan dihidupkan oleh Allah dan tentu akan kembali lagi kepada
Allah. Maka, kemana lagi tempat berlindung selain kepada Allah?
Pernikahan
impianku, adalah membina keturunanku untuk mempelajari Al-qur’an dan Sunnah
yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Al-qur’an adalah
pedoman, petunjuk bagi yang meyakini bahwa semua yang ada di muka bumi ini
adalah sudah menjadi ketentuanya, dan tugas kita sebagai manusia ialah berbuat
kebaikan dan menyebarkan kebermanfaatan. Selain itu dengan menerapkan Al-qur’an
dan Sunnah tidak hanya mendapat penjagaan di dunia saja, tapi di akhirat juga.
Jadi, Nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Pernikahan
impianku, dinaungi dengan kebaikan dan menjadikan pernikahanku ‘bermanfaat’ atau
‘dakwah’ bagi banyak umat.
Sebab pernikahan tidak
hanya sekedar sah, mudah, mewah, tapi juga dakwah.
Memulainya? Dengan
memperbaiki,memantaskan dan membekali diri dengan iman sebagai sebaik-baiknya
wanita yang akan membangun bahtera mengarungi besar kecilnya gelombang
kehidupan dengan harapan tidak lemah karena menanam iman yang kuat. Dengan catatan,
semata-mata karena Allah, bukan karena ingin mendapatkan pasangan yang
baik-baik. Sebab janji Allah itu sudah pasti, setiap wanita yang baik akan
disandingkan dengan yang baik pula, begitupun sebaliknya.
Salam, Hanifa
Khoirunnnisaa dengan tulisan dari jiwa yang terpanggil untuk mengenalkan kebesaran
Allah.
Jazakumullah
Khairan Katsiran.