Lagu itu : mengingatkan aku kepada seseorang

by - 21.25.00

"Lihatlah, hari berganti... Namun tiada seindah dulu.... 
Datanglah, aku ingin bertemu.. Untukmu, aku bernyanyi... 
Untuk ayah tercinta, Aku ingin bernyanyi ... 
Walau air mata, Di pipiku
Ayah dengarkanlah, Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam.. Mimpi.." 

Lagi lagi lagu yang berjudul 'ayah' itu di bawakan dalam acara televisi oleh penyanyi papan atas Indonesia. 
Awalnya aku mendengarnya biasa saja, namun ketika lirik yang ku tulis di atas, aku tersentuh. 
Bukannya aku mudah meneteskan air mata, tapi aku tak kuasa menahan rasa gejolak yang ada di dalam dada. Hatiku ingin menangis, membuat butiran air menggenang di kantung mata. 

Aku bukan orang yang dengan mudahnya menangis. Aku tidak mudah menjatuhkan air mata tanpa sebab. Aku terlatih untuk menjadi kuat. Bahkan disaat semua orang sedih dan menangis, aku ingin ikut menangis pun tidak bisa. Tapi kali ini, lagu itu berhasil memecahkan air mata ku. 

Laki laki pertama yang ada di kehidupan aku adalah bapa. Tapi ketika aku kecil, baru duduk di bangku sekolah dasar, bapa jarang sekali menemani hari-hariku. Bertemu pun, hanya setahun sekali, padahal aku tinggal dalam status di rumah orang tua nya, kakek dan nenek yang harus nya menjadi rumahnya juga. Tapi, tahun demi tahun berjalan, posisi nya sudah tergantikan oleh ayah. Ayah adalah pahlawan laki laki yang sangat sangat baik, lebih dari malaikat dalam dongeng. Kebaikan nya pun selama aku hidup bersama keluarga baru dengan ayah, sulit aku deskripsikan. Lagu ini mengingatkan aku kepada bapa. 

Terakhir aku bertemu dengan nya, tahun 2012.  Waktu kelas 3 SMP, aku ingin menunjukkan bahwa aku lulus dan akan melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Dulu bapa pernah berjanji, kalau aku lulus dan lanjut ke SMA, bapa akan memberikan aku hadiah yang nilai nya besar. 
Aku sempat menyesal kala itu, aku kabur dari rumah di cikarang pergi ke bandung seorang diri hanya untuk bertemu dengan bapa, tapi bapa tidak merindukan aku. Bapa tidak seperti biasanya menyambut ku dengan hangat. Bapa tidak memberiku hadiah yang di janji kan nya. Bapa menjadi orang bingung, itu yang aku lihat dari mata nya. Aku pikir, aku sudah mati-matian pergi jauh ke bandung hanya untuk bertemu orang yang ku cinta tapi ternyata tidak merindukan aku, atau mengingat janjinya. Aku rasa aku sia -  sia, aku hanya mendapatkan amarah dan nasihat tegas dari orang tua ku di rumah ketika aku pulang. 

Dalam hati aku marah, aku kesal. Harusnya aku tidak perlu mempunyai rasa yang berlebihan. Harusnya aku tahu resiko nya, akan di kecewakan. Aku benar benar tidak suka yang namanya di ingkari janji. 
Dari situ, aku rasa aku siap untuk kehilangan. Aku bahkan tak ingin melihat nya lagi di hadapanku. 


Hampir lima tahun berlalu. Tidak pernah ada kabar datang dari bapa. Jangan kan telfon, sms, atau chat di sosial media, sepucuk surat pun tidak pernah datang dari bapa. Terakhir bertemu saja 2012, bapa tak memberikan nomor ponselnya padaku. Kini pertengahan 2016, sudah berapa tahun bapa tidak tampak di hadapanku? Mengapa harus lagu 'ayah'  itu yang tiba-tiba hadir dan mengingatkan aku pada bapa? 

Tahun terus berganti, apakah bapa tidak merindukan aku? Apakah bapa sudah lupa denganku? Apakah bapa tidak ingin tahu bagaimana kabarku? Apakah bapa sengaja tidak mau bertemu denganku? Pertanyaan itu selalu terngiang setiap malam sejak lagu itu aku dengarkan. 

Aku disini sebenarnya rindu, tapi aku tak bisa mengungkapkan betapa besar rasa kehilangan aku bertahun-tahun tidak pernah bertemu.

Andai bapa tahu, tanpa bapa, aku sangat kebingungan. Saat mengisi biodata di kolom orang tua siswa, aku bingung mengisi pekerjaan dan alamat bapa. Aku seperti buta identitas mengenai bapa. Karena setelah terakhir kita bertemu saat itu, bapa tidak tinggal di bandung lagi. Bapa pindah kota. Tapi, dimana? 

Harus kah aku mencari? Bukan kah bapa tahu dimana tempat ku tinggal sekarang? Mengapa bapa tak pernah sekalipun mampir? Apa bapa tidak merasakan rindu padaku? Saat perkumpulan keluarga besar dari bapa di momen lebaran pun, bapa tak menampakkan wajah. Bapa tak pernah hadir setiap momen itu ada. 
Mengapa bapa menjadi benar benar menghilang? 
Mengapa bapa yang ku lihat adalah setampak gambar di layar ponsel saja? 
Mengapa? 

Banyak sekali pengalaman yang ingin aku ceritakan, yang ingin membuat bapa bangga denganku. Aku ingin sekali bertemu bapa dalam mimpi, tapi belum pernah sekalipun bapa hadir di mimpiku. 

You May Also Like

0 komentar