facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Journal
    • Students Tel-U
  • Portfolio
  • YouTube
  • Instagram

Tanpa Batas

Berani Bermimpi - Berani Melangkah - Berani Mewujudkan!


 

Ketika hadir diantara lingkungan yang penuh dengan berbagai macam kepribadian, kita harus menyesuaikan.



Ya, awalnya aku datang di lingkungan baruku dengan niat berubah. Dan awal pertama aku datang memang sudah di mantapkan. Dan tentunya orangtuaku mulai bahagia bisa melihatku yang akhirnya mau mendengarkan ucapan mereka soal berhijrah.

Namun, di lingkunganku , aku menjadi merasa asing. Lingkungan ku yang sekarang , sama seperti lingkungan ku yang lama, yang selalu bebas tak terikat dengan aturan.

Merasa menjadi asing itu memang tidak meng-enakan, jadi aku harus menyesuaikan.

Labil, itulah diriku pada saat itu. Niat ku sedikit kendur dan aku mulai berbalik arah menuju penampilanku seperti biasa.Ku rasa aku belum terlalu mantap untuk memulai hal yang baru yang sudah ku niat kan. Jelas-jelas kendur.

Kenapa?

Aku belum siap kehilangan duniaku yang begitu asyik dan ‘gaul’ . karena aku berpikir, jika aku mulai tertutup dari sekarang, maka aku akan kehilangan segala kesenanganku. Aku akan kurang mendapati teman, bahkan aku akan dijauhi karena penampilanku yang terlalu tertutup.

Aku jadi berpikiran buruk dengan niat baikku itu.

Luruskan niat? Atau aku tinggalkan saja niat baik ku? Aku benar-benar di landa kebimbangan. Aku hanya takut kehilangan segalaya.

Padahal, ketakutan yang ada dalam diriku itu belum pasti itu benar.

Ya, aku hanya takut jika semua orang tak akan melihatku lagi,tak akan menegurku lagi. Hanya seperti itu.
22.56.00 1 komentar


Ketika niat buruk di hapuskan oleh niat untuk berbuat kebaikan, itu seharusnya patut di banggakan. Karena memudarkan niat yang agak buruk itu sangat sulit dan berat bagi orang yang belum terbiasa.



Awal tahun , aku sudah mendaftar di universitas yang jaraknya jauh dari rumahku. Yang berbeda daerah. Dan mau tidak mau harus berpisah dengan keluarga.

Dengan kondisi kurang baik ini, apakah pantas jauh dari aturan? Di ingatkan menuju kebaikan saja susah, apalagi jika hidup dalam ke bebasan, mau jadi seperti apa aku nantinya jika terlalu jauh dari aturan?

Hal-hal buruk sudah terbayang, apakah aku akan mengikuti tren anak muda masa kini yang agak melenceng atau bagaimana. Lalu membuat orangtua dan keluargaku kecewa.

Ternyata sedikit niat baik tumbuh dalam benakku. Aku melanjutkan pendidikan yang jaraknya jauh serta biaya yang tinggi, yang tidak semua orang bisa menyanggupinya, maka aku harus bersyukur.

Ku mantapkan diri dalam hati sebelum aku pergi dari rumah. Disana, aku harus menjadi pribadi yang bersyukur,selalu berintropeksi diri, dan menjaga apa yang harus dijaga. Paling utama, membuat orang tua bangga. Karena sebesar apapun pemberian orang tua kepada anaknya, kita sabagai anak tidak akan pernah bisa membalasnya, maka dari itu, wajib sebagai anak adalah membahagiakan dan membuat orang tua bangga.

Niat berhijrah sudah mulai tumbuh dari rumah, dari keluarga, dari lantunan pembicaraan orang tua setiap waktu yang menyuruh berhijrah. Namun hati ini masih beku, sulit untuk mencairkannya.

Yang terpenting, niat baik sudah berhasil menghapuskan niat keburukan yang ada dalam diri. Niat itu ada jauh sebelum aku berdiri di tempat aku mencari ilmu di tempat yang jauh dari rumah.
22.07.00 No komentar



Orang tua adalah pembimbing,pengajar, sekaligus pendidik pertama dimana seorang anak di lahirkan. Sebagaimana pun keadaan orang tua, pasti menginginkan anak nya agar lebih baik dari keadaan. Aku hanya ingin sedikit share mengenai bagaimana pengalamanku ketika orang tua mengajarkan menuju kebaikan, tapi malah aku abaikan.

Aku hidup di sebuah kerajaan kecil yang di tekankan dengan banyak aturan.

Aturan? Wah berarti terlalu ketat dong? Kok kayak sekolah aja ada aturannya?

Begini, aku sebutkan saja kalau aku ini adalah tipe orang yang susah di atur. Mau siapa pun yang mengaturku, selalu saja aku bantah dan menolaknya. Kenapa? Ya karna aku memang tidak suka di atur. Aku ingin bebas dari aturan karena aku memandang teman-teman di sekiling saya semasa TK-SMA tidak memiliki aturan yang sama seperti kehidupanku. Aku memandang mereka memiliki kebebasan. Tapi, karena di keluargaku di terapkan berbagai aturan semisal : harus ini lah, nggak boleh itu lah, apalah. Aku mau tidak mau harus menaati keadaan karena aku hidup di dalamnya.



Aku memiliki orang tua penyayang, tapi salah mengartikan kasih sayang itu.

Maksudnya gimana deh? Orang tua di jadikan kekasih? Wah wah..

Bukan.. bukan.. maksudnya itu, aku memiliki orang tua yang sangat perhatian kepadaku, sehingga mereka selalu memberikan banyak aturan kepada anak-anaknya. Orang tua mana yang tega melihat anaknya berada di kehancuran? Aku yakin sih nggak ada hehe. Karena semua orang tua pasti ingin anaknya menjadi baik dan berhasil. Aku jelaskan ya, dulu aku menganggap semua aturan itu adalah peringatan,tekanan dan hukuman. Karena seolah-olah semua aturan itu melarang aku untuk melakukan hal yang aku inginkan.



Sedikit mau cerita, dulu sewaktu aku masih tinggal di rumah bersama keluarga, ibu ku selalu menyuruhku memakai pakaian tertutup,dan wajib menggunakan rok dan jilbab panjang saat akan keluar, bahkan membuang sampah di luar pagar pun, diwajibkan. Tapi, aku bandel, aku malah mengabaikan itu dan aku tetap berpakaian alakadarnya saja.
Keluar,jalan bersama teman, atau ke warung, aku tetap memakai celana walaupun sudah ribuan kali di peringatkan. Seringkali aku mendapat teguran sesudahnya : “kan ibu bilang,jangan pakai celana lagi. Apalagi celananya ketat!” . Tapi teguran-teguran itu tetap saja aku abaikan.



Asli,aku kalo keluar, jalan sama teman misalnya. Malu pake rok/celana longgar lagi.

Lho? Kenapa?

Aku pernah sesekali pakai celana gombrang gitu dan rok juga. Tapi, saat aku memakai celana itu, aku di komen dengan teman ku “ni, lu gak punya celana lagi ya?” , “ni, celana lu kegedean tuh. Kuno banget keliatannya” , “jangan pake celana gituan apa ni, gue malu bawa temen pakaian nya begitu”

Dan beda lagi respon kalo aku pakai rok. “ni, lu gak ribet apah pake rok?”, “lain kali pake cenala aja ih.”

Ya... seperti itu lah. Kata-kata itu membuatku menjadi minder dan agak malu kalau pake celana longgar dan rok lagi.



Sewaktu aku pending kuliah setahun, Ibuku terlalu sering bercerita tentang anak temannya yang sudah berhjrah saat kuliah. Padahal dulunya suka berpakaian seksi,bermake-up, suka ganti-ganti pacar, dan benar-benar murid yang nakal. Tapi , di semester ke 3 saat kuliah, dia menutup semua auratnya dan kini memakai baju yang panjang dan syar’i. Aku pernah melihat orangnya, dan memang benar saja kata ibuku. Setiap aku agak melenceng,pasti ibu ku menceritakan hal itu ber ulang-ulang sehingga membuat telingaku begitu gerah. Karena aku belum sadar akan bagusnya menjadi tertutup, tapi ibuku selalu ingin menjadikan aku anak yang tertutup dan mengikuti aturannya.

Jujur saja ya, aku itu tidak ingin kelewatan zaman. Aku ingin mengikuti apa yang jadi trend masa kini.

Ada hal yang lagi booming, aku ikuti. Pokoknya ingin ikut-ikutan aja deh.

Dari sejak SMA, aku memang sudah di suruh untuk berhijrah tentang pakaian, Tapi aku selalu menunda. Aku belum siap saja. Aku ingin mengikuti pakaian-pakaian yang lagi tren dan hijab-hijab masa kini gitu.


Aku tahu benar, maksud orang tuaku itu ibadah dan wajib hukumnya untuk di ikuti. Dan setiap hari pun aku selalu di ingatkan untuk berpakaian syar’i. Tapi aku selalu menolaknya.

Bahkan pernah suatu hari aku ingin jalan keluar,memakai celana jeans yang benar-benar ketat, ketika aku mau berangkat, aku di marahi habis-habisan dan di suruh untuk mengganti celana dengan rok. Dan celana jeans itupun di buang ke tempat sampah. Miris bukan? :’)

Aturan memang agak sedikit keras, tapi di balik aturan itu ada maksud yang baik.

Sekarang aku sudah mulai sadar apa arti aturan-aturan dan ingatan berhijrah itu. Nanti ku bahas di blog berikutnya yaaa..

Terimakasih sudah membaca J
23.36.00 No komentar
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Hanifa Khoirunnisaa

Mahasiswa D3 Teknik Informatika
Video Editor, Writer , Designer Graph.
Tobe a Creativepreneur!

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

  • Pengalaman SIPENMARU POLTEKKES Bandung 2015/2016
  • Sleep Walking : Sementara kah?
  • Lagu itu : mengingatkan aku kepada seseorang

Blog Archive

  • ►  2019 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2016 (11)
    • ▼  September (3)
      • Hijrahkan Diri : Luruskan? atau Tinggalkan?
      • Hijrahkan Diri : Niat
      • Hijrahkan Diri : Belum Siap
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
  • ►  2015 (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2014 (6)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (4)
  • ►  2013 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2012 (8)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (3)

Social Media

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates