Rumah Tangga Impian
Rumah tangga impian.
Saya hanyalah seorang mahasiswi, tapi tak ada salahnya kan jika berekspektasi
kehidupan masa depan?
Jikalau saya memiliki pasangan hidup,
Saya hanya menginginkan diri saya sendiri untuk bekerja di
rumah. Menjaga hartanya dan menjaga diri saya yang dimilikinya, juga menjaga
hatinya.
Saya tak cukup pandai memasak, namun saya punya keinginan
untuk mempunyai usaha catering dengan bahan-bahan yang halal, kalau usahanya
lancar, saya bisa rekrut ibu-ibu rumah tangga atau mengajar para gadis-gadis
yang kurang terampil, bukankah itu pekerjaan mulia? Belajar ilmu dan berbagi.
Saya tak cukup pandai dalam mengajar, namun saya punya
keinginan juga untuk menjadi seorang guru, juga sekaligus mendirikan rumah
belajar gratis untuk anak anak usia sekolah yang kurang memahami pelajaran,
minimal hanya untuk anak-anak di wilayah sekitar rumah nanti.
Saya tak cukup pandai dalam menjahit, namun saya punya
keinginan untuk mempunyai sebuah butik dengan pakaian syar’i yang sebagian
keuntungannya di donasikan kepada panti asuhan atau di berikan langsung kepada
anak-anak yatim.
Saya tak cukup pandai dalam mendesign, namun saya punya
keinginan untuk membuka toko merchandise dengan design yang di buat sendiri
dengan sentuhan islami di dalamnya, agar dakwah bisa terealisasi juga.
Saya mempunyai banyak ide dan keinginan untuk membangun pekerjaan
di dalam rumah sendiri. Saya ingin keberkahan menyertai keluarga kecil saya,
jauh dari hutang dan riba.
Kenapa saya tak ingin menjadi wanita karir? Karena saya
hanya ingin dirumah, saya ingin membangun suatu istana dengan kenyamanan yang
sangat hangat teruntuk keluarga kecil saya. Karena, saya percaya seorang wanita
punya peran yang sangat menakjubkan untuk menghiasi apa yang ada di rumahnya.
Jikalau nanti pendamping saya hanya seorang buruh pabrik,
tak apa, asal tidak berunsur riba dan pabriknya menjual produk yang halal.
Jikalau nanti pendamping saya hanya seorang tukang jasa
antar, tak apa, asalkan penghasilannya halal.
Jikalau nanti pendamping saya seorang pekerja kantoran, tak
apa, asalkan dia bisa bertanggung jawab dengan apa yang dia kerjakan dan
hasilnya halal.
Jikalau nanti pendamping saya dalam keadaan terpuruk, saya
akan berkata padanya : “Mas, rezeki Allah sudah atur semuanya, kita Cuma cukup
berusaha untuk mendapatkannya. Jangan pernah takut hanya karena kehilangan
pekerjaan, jangan takut hanya karena gaji kecil. Bukan kah yang kita cari di
dunia ini hanya keberkahan? Keberkahan pasti akan diberikan jika ada usaha.”
Menjadi pendamping yang mensupport, itu adalah impian saya.
Dalam impian masa depan keluarga kecil saya, saya hanya
ingin keluarga saya terjaga baik kesehatan mental maupun fisik. Jadi saya juga
ingin memelihara psikologi keluarga saya. Karena, apabila kesalahan terjadi dan
merusak psikologi keluarga, maka hancurlah suasana damai.
Saya ingin menghidupkan keluarga saya dalam kecintaan,kasih
sayang, disiplin, dan religius.
Bangun diwaktu sepertiga malam untuk shalat tahajjud,
Mandi sebelum adzan shubuh,
Mendirikan shalat shubuh tepat waktu,
Setelah shalat subuh, muhasabah, kultum, dan dzikir pagi.
Paginya, Bersih-bersih rumah lalu menyiapkan sarapan untuk
anak dan suami.
Setelah mengurusi suami yang berangkat kerja, lanjut mencuci
pakaian.
Sedikit melewati pagi, menjalani shalat dhuha dan tilawah.
Siang-sore menunggu suami, entah bekerja atau mengurus anak.
Karena setiap shalat wajibnya suami di masjid, maka menunggu
pulang Isya.
Ba’da isya, Learning together,Let’s Play Together (Quality
Time)
Menjelang pukul 9, Muhasabah diri lagi dan melakukan sunnah
sebelum tidur.
Itu hanya sekedar rangkaian harian dari impian saya di masa
depan.
Saya tak ingin mengabaikan sedetikpun kebersamaan.
Tulisan ini, saya tulis karena saya mendambakannya. Saya
ingin mewujudkannya. Karena saya tidak ingin kehidupan masa kecil dan masa muda
saya terulang. Maka dari itu , saya selalu belajar dari setiap pengalaman saya.
Ini baru mengenai rumah tangga impian, belum lagi mengenai
keluarga impian, suami impian dan anak impian (walahhhh)
Next Episode yaaa;)
0 komentar