Mati itu seperti apa?

by - 16.41.00



Malam di bulan suci bagi umat islam , bukanlah malam biasa. Mengapa?.

Ada ratusan bahkan ribuan jemaah yang menapaki rumah Allah, Masjid.

Ada ribuan bahkan jutaan bibir melantunkan dzikir dan tasbih.

Ya, Sungguh tak biasanya sepeti bulan bulan lain.

Mereka senantiasa berkomunikasi langsung dengan sang pencipta, Khusus disetiap malam bulan ini.
Ramadhan.

Bismillahirahmanirahim, ku ucapkan puji syukur atas penulisan artikel kali ini, karena Allah masih menempatkan hatiku terhadap kepekaan.

Lagi-lagi ayat itu kembali dilantunkan oleh sang imam terawih, ayat itu mengatakan : “Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian”.

Entah bagaimana, shalat yang seharusnya di lakukan dengan khusyuk sambil mendengar ayat yang di ucapkan imam, namun tiba-tiba saja muncul sedikit pemikiran dari arti ayat itu.
Kerugian, ya memang tidak bisa di pungkiri kalau kita berada dalam kerugiaan yang selalu menggantungkan hidup pada dunia yang akan ada kisah akhirnya dan lupa bahwa ada akhirat yang kekal abadi. Kerugian, jika berani berkata ‘iya’ , tentulah hebat, karena sudah mengakui dan tidak menyembunyikan apa yang seharusnya tidak di sembunyikan. Kerugian, membuat kita terlena akan kemegahan harta, tahta, dan cinta yang kita dambakan. Namun, adakah sedikit kerinduan terhadap tempat terindah yang kekal abadi didalamnya? Adakah kemauan untuk terus berkaca diri? Atau adakah sedikit rasa malu untuk mengakui?. Kerugian, saya pun bertanya dalam hati,’apa saya termasuk orang yang merugi?’ ,lalu suara yang ada dalam lubuk hati itu menjawab ‘ya’. Sungguh, saya hanya takut saja menjadi seorang yang munafik yang tak mau mengakui dan belajar untuk mengkoreksi diri. Dan saya sangat bersyukur bahwa hati saya tidak mati.


Lalu, Bagaimana jika saya tiba-tiba meninggal? Dalam kadaan apakah saya akan meninggal? Seperti apakah meninggal yang paling aman? Bagaimana rasanya meninggal?

Lalu terlintas bayangan gambaran orang-orang yang meninggal tiba-tiba, kecelakaan di jalan, terlindas truk, tertabrak kereta, terseret motor, jatuh dari pesawat, dan berbagai macam yang berbau luka pun terbayang termasuk darah-darahnya.

Lalu, terlintas lagi bayangan gambaran orang-orang yang meninggal dalam keadaan baik, yang sedang sholat, sedang tidur, seedang membaca al-qur’an, sedang berdzikir. Ma Syaa Allah.

Lalu terlintas bayangan lagi, kali ini gambaran dari kisah Nabi Muhammad saat ia di cabut nyawanya oleh malaikat mautyang pernah saya dengar . Rasulullah menanyakan tentang nasib umatnya kelak. Dan saat malaikat maut mencabut nyawa Rasulullah. Terlihat seluruh tubuh Rasul mulai menegang. Rasulullah pun mengaduhkan betapa sakitnya sakaratul maut tersebut. Rasulullah mengaduh karena cara malaikat mencabut nyawa memang sakit yang sangat. Rasul mengatakan “Umatku, umatku, umatku”.

Betapa mulianya Nabi Muhammad SAW. Meskipun dalam kesakitan yang luar biasa, beliau masih memikirkan umat tercintanya.

Rasul memikirkan umatnya dikala detik-detik wafat beliau, dan sangat merasa sakit. Sedangkan saya hanya memikirkan diri saya sendiri, bagaimana nanti setelah nyawa saya di ambil? Bagaimana nanti jika saya sendiri di alam kubur? Bagaimana nanti jika ada kedua malaikat alam kubur menanya-nanya lalu menghukum saya dengan hal hal yang pedih, akan kah ada yang  menolong saya? TIDAK!. Akankah ada yang mendengar suara saya ? TIDAK! Akan kah ada cahaya yang menemani saya? TIDAK! Liang kubur yang akan saya tinggali itu sempit, gelap, sunyi dan menyesakkan! Tunggu saja binatang-binatang bawah tanah itu menghampiri jasad saya , lalu mematuk sedikit demi sedikit tubuh saya, menyedihkan? YA! . Saya baru saja termenung, benar ada katanya, kita hidup untuk mati, kita ada dikehidupan ini sebagai perbekalan untuk kematian. 

“Sesungguhnya kuburan-kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyinarinya agi mereka dengan shalatku terhadap mereka” [HR. Bukhari-Muslim]


Saya akan mengutip sedikit ayat mengenai kematian :

"Katakanlah: Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati." (QS Ali Imran, 3:154)

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (QS Al-An’am 6:93)"

"(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu." (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Mengenai mati , lalu tinggal dalam kubur.
Jika nanti ada dua malaikat mendatangiku dan mendudukkanku, lalu meraka bertanya :


“Siapa Rabbmu?”

Saya sangat takut jika saya tak bisa menjawab dengan kalimat  “Allah adalah Rabb ku” meskipun saya ini islam. Saya merasa belum berbuat semaksimal mungkin untuk mencintai Rabb saya, saya belum sepenuhnya cinta terhadap Nya, walaupun sama selalu berusaha untuk mencintai dan melakukan apapun karena Nya. Karena saya masih melakukan pelanggaran dari apa yang telah menjadi aturan Nya.

Lalu mereka menyakan lagi padaku :


“Apa Agamamu?”

Saya sangat takut jika saya tak bisa menjawab dengan kalimat  “Islam adalah Agama ku” meskipun saya lahir dan hidup dengan keyakinan sebagai seorang muslim.
Benarkah saya muslim? Bagaimana saya bisa mengakui bahwa saya benar-benar muslim jika saya terkadang lalai dan bersalah dalam mengikuti perintah Nya sebagai seorang muslim? Apakah status saya yang menjadi hambaNya ini di ridhai ?.

Lagi-lagi kedua malaikat itu beratanya pada saya :


“Siapakah Utusan Rabbmu?”

Saya sangat takut jika saya tak bisa menjawab dengan kalimat  “Nabi Muhammad SAW adalah utusan Rabbku”.
Bagaimana tidak? Saya selalu berkata bahwa saya rindu, dan saya cinta kepada nabi saya, tapi apakah yang saya lakukan selama ini sesuai dengan ajarannya? Apakah sunnah sunnah yang saya jalani terpenuhi semua? Serba takut untuk mengakui . Dan memang ketiga pertanyaan itu mungkin menjadi pertanyaan terberat saat kematian.


Dan Kematian bukan hanya benar-benar mati, bukan tidak bersuara, bukan tidak bergerak. Di tempat mati, kubur, ada siksa yang menyertai kehidupan sepanjang waktu, siksa kubur.

Adapun beberapa penyebab siksa kubur yang pernah saya ketahui :

1.Menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain untuk merusak hubungan.
Pernah terucap ketidak sengajaan yang membuat orang merasa berburuk sangka, ini yang harus di perhatikan karena semakin terlalu sering di lakukan, semakin lama siksaan dalam kubur. Dan saya pun takut akan hal itu.
2.Tidak menutupi diri saat membuang hajat
3. Mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi oleh imam (mencuri)
4. Dusta/Bohong
5.Memahami Al-Qur’an lalu tidak mengamalkannya.
6.Zina
7.Riba
8.Mayit yang ditangisi keluarganya, jika mayit tersebut tidak melarang sebelumnya



Setelah saya dalam keadaan salam , saya baru menyadari kalau sedari tadi saya memikirkan hal yang begitu teramat jauh. Tapi saya sangat bersyukur, hati saya menagis karena ketakutan ini, yang berarti hati saya tidak mati.

Saya belum tahu bagaimana rasanya mati, dan seperti apa mati itu, namun dari kisah-kisah yang ada, saya belajar untuk terus memperbaiki diri agar dapat meninggal dalam kebaikan dan kondisi yang sebaik-baiknya. Karena saya tak pernah tahu kapan kematian akan menjemput.

You May Also Like

0 komentar