Bapa, Saya Pernah Jatuh Cinta.
Halo pa? Apa kabar? Semoga bapa baik-baik saja ya disana.
Semoga tetap dalam lindungan Allah, karena doa saya selalu
menyertai dimanapun bapak berada.
Pa, saya ingin berbicara sedikit mengenai hal biasa yang
sering anak muda katakan pada zaman sekarang, namanya jatuh cinta.
Saya mengenal bapa hanya di waktu kecil sampai selesai di
bangku sekolah dasar, selepas saya duduk di bangku sekolah menengah pertama
yang berseragamkan putih –biru tua, saya mengenal bapa hanya melalui kabar
saja. Tapi, saya kenal bagaimana bapa.
Pa, saya pernah menemui seseorang yang persis seperti bapa.
Dia laki –laki. Dan semua yang ada dalam bapa, dimiliki dia juga. Saya menjadi
paham bahwa diri dia adalah diri bapa yang lain. Jadi saya merasa nyaman dan
kembali menemukan apa yang pernah hilang. Saya pernah kembali hidup dengan
terus merasa dia adalah renkarnasi bapa, sehingga saya terlarut dalam
kenyamanan.
Pa, pernah dengar tentang jatuh cinta? Oh ya tentu pernah,
dan saya mungkin ada saat ini karena
rasa itu tercipta karena anugerah. Jatuh cinta yang tak bisa di definisikan
bagaimana kerja nya. Pa, ‘Cinta’ itu suci kan? Makannya harus terjaga?. Banyak
teman-teman saya bahkan anak muda jaman sekarang ini salah mengartikan mengenai
jatuh cinta.
Pa, boleh saya katakan bahwa dulu saya pernah jatuh cinta?
Karena kenyamanan itu ada, dan saya mendambakan seseorang
yang persis seperti bapa itu, saya pernah jatuh cinta padanya. Tapi ‘cinta’ itu
saya simpan sendiri, dan cukup dalam diam. Hingga saya menemukan sikap yang
sama lagi dengan bapa padanya.
Pa, saya pernah kecewa di kala jatuh cinta saat itu. Sama
seperti rasa kecewa yang saya rasakan saat dulu bapa memberi saya sebuah
harapan tapi tak kunjung diwujudkan.
Pa, saya pernah merasakan rasanya sakit hati saat berusaha
terbangun dari kekecewaan. Sama seperti rasa sakit saat saya tahu bapa
mencintai wanita lain selain ibu.
Pa, saya pernah mersakan seperti jatuh kedalam lubang yang
dalam setelah pulih dari rasa sakit. Sama seperti kembali menemukan wajah dan
pelukan bapa di hadapan saya, tapi bapa menghilang kembali.
Pa, sedikit cerita, saya pernah menonton film yang kisahnya
itu seperti apa yang terjadi pada kehidupan orang tua, menurun pada kehidupan
anak berikutnya. Saya juga sering mendengar, konon katanya, kalau ada seorang
orang tua laki-laki menyakiti wanitanya, maka anak perempuannya akan mengalami
hal yang bapaknya itu lakukan pada ibunya. Saya pernah dengar juga kalau ada
kisah di zaman nabi yang serupa. Banyak kisah tentang ‘sebab-akibat’ itu. Kalau
anak muda sekarang sering menyebutnya dengan ‘karma’ . Tapi, saya kurang
percaya pada kepercayaan dan kisah itu semua, sebab saya yakin apa yang di
lakukan seseorang, pasti akan berbalik ke seseorang tersebut.
Pa, setelah saya jatuh-bangun dalam jatuh cinta diam-diam
selama waktu itu, saya mulai melepaskan itu semua daripada harus menanggung pahitnya.
Saya mulai mencintai Allah, yang menciptakan segala-galanya dan termasuk rasa
itu. Karena saya percaya dengan mencintai Allah, saya tidak akan pernah
merasakan namanya kekecewaan,kesedihan,kesakitan, atau kepahitan dalam hal ‘mencintai’.
Pa, saya mulai mengerti jatuh cinta yang sejati sekarang.
Saya mencintai Allah dan Rasul yang menunjukan saya kepada jalan yang lurus
untuk menjadi manusia yang memiliki kehidupan yang damai di dunia hingga akhirat.
Pa, mengenai mecintai Allah, saya tak merasa keberatan atau
merasa merugi. Sebab, apapun yang saya minta, Allah selalu memberi dengan
kelebihan. Terkadang, Allah selalu menghadiahkan saya hal yang tidak terduga.
Mencintai Allah itu hal yang terindah, pa.
Pa, boleh katakan kalau sekarang saya tidak menginginkan
cinta yang ada terhadap lelaki? Terlebih lagi dia yang mirip seerti bapa. Saya
mengemas rasa itu serapih mungkin hingga tidak terpasang lagi pada kehidupan
saya. Karena saya sudah mencintai Allah.
Terlebih lagi, karena saya tidak ingin menjadi tokoh yang
mengulang kisah yang pernah bapa jalani, sebaiknya saya melepaskan laki-laki
itu.
Tapi pa, bolehkah kalau saya sedikit mendambakan perihal
sosok laki-laki?
Saya mencintai sesosok berhati malaikat (Baca : Dua Insan Berhati Malaikat) yang ada dalam
kehidupan saya sekarang. Beliau sholih,baik,bijak, sabar,lemah lembut,dan
penyayang. Beliau juga bukan perokok. Tak apa kalau saya mendambakan pendamping
yang seperti ‘ayah’ nantinya? Maafkan kalau saya agak mengecewakan bapa. Tapi
saya mendambakan untuk kehidupan yang tidak ingin mengulang kesalahan.
Pa, saya sekarang sedang dalam tahap mendewasakan diri. Saya
tak ingin lagi jatuh cinta diam-diam yang macam-macam selain jatuh cinta kepada
Allah. Saya percaya, Allah akan mengirimkan seseorang yang serupa dengan saya
nantinya, maka dari itu, saya berlatih untuk terus memperbaiki diri untuk
menjadi pribadi yang baik.
Pa, sebenarnya ada sejuta cerita yang ingin saya bagikan
kepada bapa dan kepada pembaca, tapi yang tertuju khusus bapak, hanya itu.
Pa, jaga kesehatan dan tetapkan hati pada Allah ya. Allah
akan selalu bersama bapa.
Salam cinta yang manis dari gadis pertamanu yang merindukan
pelukan.
0 komentar