Dua Insan Berhati Malaikat

by - 19.54.00


Hati malaikat yang saya maksud adalah hati yang bersih yang bebas dari perasaan buruk atau setan, sebenarnya hanya perumpamaan saja.

Saya jatuh cinta pada dua insan yang di dalamnya ada hati malaikat.Dua insan itu ada di dalam rumah.

Pertama,
Ayah, kehadiran nya dalam keluarga saya itu adalah seperti malaikat yang datang untuk memberi warna kehidupan, yang sebelumya berwarna abu-abu.

Dahulu, banyak orang berfikir kalau punya anggota ‘tiri’ itu, hidupnya pasti terancam dalam siksaan. Karena saya banyak sekali mendengar kisah yang menyakitkan untuk di bayangkan, dapat dari tontonan tv, cerita teman –teman sekelas, dan lain-lain. Waktu itu saya duduk di bangku sekolah dasar, kelas 4.

Ayah datang dengan kasih sayang dalam damai, karena saya fikir waktu itu semua ‘bapak-bapak’ itu jahat, saya enggan untuk menghampiri dan teramat marah karena beliau datang untuk merebut ibu satu-satunya orang tua yang saya punya. Namun setelah bertahun – tahun, saya bisa berdamai dan menerima keadaan, dan mungkin karena kehadiran beliau hidup saya kembali berwarna.

Suatu hari, saya terserang demam yang bukan demam biasa, sebut saja gejala tifus. Di tengah malam hari, saya meriang, menggigil dan mengigau hingga berhalusinasi (waktu itu saya menjerit karena halusinasi pesawat jatuh di kamar saya) . Ayah bangun dan segera menghampiri saya, lalu menyalakan mesin mobil, saat itu jam 11 malam. Beliau mengantarkan saya ke klinik terdekat, namun saat itu antriannya sangat panjang, jelas sekali wajah nya terlihat sangat panik menunggu panggilan, sebab demam saya sudah sangat tinggi.

Pernah juga dahulu, saya sesak nafas hingga berbunyi ‘ngiiikkk’ , saya di antar malam itu ke klinik. Hanya dan selalu beliau yang mengantar saya. Dokter bilang, saya ada penyakit bronkhitis saat itu, ( bronkhitis adalah salah satu penyakit paru-paru, selebihnya baiknya lihat di google, karena jujur saya malas copas hehe) . Saat itu juga dokter menyarankan agar saya di ‘asap-asap’ dengan memakai alat di klinik itu. Barangkali ada sekitar sejam lebih, saya memakai masker berselang yang di bawahnya ada carira yang sudah di campur dan terpasang ke alat. Selama itu, beliau ada di samping saya , menemani saya yang terbaring di kasur pasien dalam sebuah ruangan.

Selain kisah itu, banyak lagi.

Tapi bagi saya, itu yang paling berkesan, seorang ayah yang memberikan kasih sayang dengan tulus tanpa memandang anak kandungnya atau bukan.

Ayah dianugerahi Allah hati malaikat. Baik super ++,tulus super ++, penyayang super ++, rajin ibadah. Terlebihnya lagi, beliau tidak pernah mencicipi rokok sedikit pun, yang artinya bukan perokok.

Yang kedua, yang berhati malaikat itu adalah adik kandung saya (yang se-ibu se-bapak).
Kalau saya jelaskan bagaimana kehidupannya, itu ‘Wah’ saya ini hanya sebutiran debu yang lemah.
Sebab dari kecil, dia tidak pernah merasakan kesenangan dan kebahagiaan seorang bapak. Bahkan dia tidak mengenal siapa itu bapak. Dari kecil sampai SD, yang dia yakini bahwa dia hanya punya ‘ibu’ , tapi hingga ayah datang saat itu, dia menganggap itu adalah ayahnya.

Namanya Hanaa , artinya ‘Bahagia’.

Kalau dari yang saya tahu (karena sejak kecil kami berpisah 5 tahun), dia selalu bahagia dan menebar kebahagiaan meskipun saya sendiri melihat kehidupannya begitu..... ya hmm. Saat saya dan dia kembali tinggal bersama dalam rumah dengan warna yang berbeda, saya sangat iri padanya karena dia selalu terlihat bahagia tanpa sebab, dan saya tidak pernah merasakan apa yang dia rasakan. Sungguh saya penasaran.

Ini kejadian nya baru-baru ini. Hari itu saya memegang amanah mengurusi rumah dan adik yang paling kecil (masih batita) , Kebetulan Hanaa saat itu libur panjang namun saat itu sedang sakit tak enak badan. Karena saya pikir, dia itu sudah besar dan sebentar lagi berumur 17 tahun, mungkin bisa mengurusi dirinya sendiri dan tidak perlu dimanjakan di beri ini itu karena saya juga ada amanah lain.
Besoknya, saya sakit migrain dan dia sembuh, akhirnya kami bergantian. Yang menjaga amanah pun akhirnya dia. Pagi itu, pekerjaannya sudah selesai, kira-kira pukul 10 pagi, dia sudah kembali menidurkan si kecil, sedangkan saya tertidur pulas setelah sarapan pagi karena migrain. Lalu, dia datang ke kamar saya membawakan roti isi, obat sakit kepala (obat andalan yang biasa di minum) dan secangkir air. Dia meminta saya untuk meminum obat dan berkata bahwa minumnya sudah di sediakan di meja belajar.

Dalam hati kecil saya, saya malu sekali. Pagi hari melihat gadis muda berhati malaikat memberi obat pada saya, padahal kemarin saya tak pedulikan dia sama sekali. Dan terputarlah episode-episode kebaikan dia dari dia waktu masa kecil. Memanglah saya adalah tokoh antagonis dalam kisah berwarna ini. Hati dia terlalu jernih, berpikir lurus dan selalu bersangka baik dan selalu saja membahagiakan orang lain tanpa sebab dan tujuan. Dia sangat dewasa.

Saya pun bercerita kepada ibu saya tenang kejadian ini. Beliau pun berkata :
“Allah akan selalu membalas segala perbuatan secepat-cepatnya atau selambat-lambatnya secara langsung.”

Saya memang malu mendengarnya, tapi memang benar bahwa Allah akan membalas segala perbuatan yang pernah dilakukan. Apa yang saya lakukan memang buruk, tapi Allah membalasnya dengan menunjukan kebaikan sehingga menjadikan hati saya sangat malu. Sangat sangat sangat malu. Karena Allah Maha Baik dan Maha Pemurah.

Ya, Allah menunjukkan saya bahwa hati yang bersih adalah hati yang di miliki adik dan ayah saya. Semua pengalaman yang pernah terjadi,saya mengambil hikmahnya dan berusaha untuk memiliki hati yang seperti itu. Hati yang selalu memberi kedamaian dan hati yang selalu bersinar dengan segala kebaikannya. Dan berusaha untuk terus mendewasakan diri.


Semoga bermanfaat dan bisa di ambil nilai baiknya, dan harap maklum atas kesalahan, sebab seorang penulis tak selalu benar walaupun menulis kebenaran.

You May Also Like

0 komentar