Dua Insan Berhati Malaikat
Hati malaikat yang saya maksud adalah hati yang bersih yang
bebas dari perasaan buruk atau setan, sebenarnya hanya perumpamaan saja.
Saya jatuh cinta pada dua insan yang di dalamnya ada hati
malaikat.Dua insan itu ada di dalam rumah.
Pertama,
Ayah, kehadiran nya dalam keluarga saya itu adalah seperti
malaikat yang datang untuk memberi warna kehidupan, yang sebelumya berwarna
abu-abu.
Dahulu, banyak orang berfikir kalau punya anggota ‘tiri’
itu, hidupnya pasti terancam dalam siksaan. Karena saya banyak sekali mendengar
kisah yang menyakitkan untuk di bayangkan, dapat dari tontonan tv, cerita teman
–teman sekelas, dan lain-lain. Waktu itu saya duduk di bangku sekolah dasar,
kelas 4.
Ayah datang dengan kasih sayang dalam damai, karena saya
fikir waktu itu semua ‘bapak-bapak’ itu jahat, saya enggan untuk menghampiri
dan teramat marah karena beliau datang untuk merebut ibu satu-satunya orang tua
yang saya punya. Namun setelah bertahun – tahun, saya bisa berdamai dan
menerima keadaan, dan mungkin karena kehadiran beliau hidup saya kembali
berwarna.
Suatu hari, saya terserang demam yang bukan demam biasa,
sebut saja gejala tifus. Di tengah malam hari, saya meriang, menggigil dan
mengigau hingga berhalusinasi (waktu itu saya menjerit karena halusinasi
pesawat jatuh di kamar saya) . Ayah bangun dan segera menghampiri saya, lalu
menyalakan mesin mobil, saat itu jam 11 malam. Beliau mengantarkan saya ke klinik
terdekat, namun saat itu antriannya sangat panjang, jelas sekali wajah nya
terlihat sangat panik menunggu panggilan, sebab demam saya sudah sangat tinggi.
Pernah juga dahulu, saya sesak nafas hingga berbunyi ‘ngiiikkk’
, saya di antar malam itu ke klinik. Hanya dan selalu beliau yang mengantar
saya. Dokter bilang, saya ada penyakit bronkhitis saat itu, ( bronkhitis adalah
salah satu penyakit paru-paru, selebihnya baiknya lihat di google, karena jujur
saya malas copas hehe) . Saat itu juga dokter menyarankan agar saya di ‘asap-asap’
dengan memakai alat di klinik itu. Barangkali ada sekitar sejam lebih, saya
memakai masker berselang yang di bawahnya ada carira yang sudah di campur dan
terpasang ke alat. Selama itu, beliau ada di samping saya , menemani saya yang
terbaring di kasur pasien dalam sebuah ruangan.
Selain kisah itu, banyak lagi.
Tapi bagi saya, itu yang paling berkesan, seorang ayah yang
memberikan kasih sayang dengan tulus tanpa memandang anak kandungnya atau
bukan.
Ayah dianugerahi Allah hati malaikat. Baik super ++,tulus
super ++, penyayang super ++, rajin ibadah. Terlebihnya lagi, beliau tidak
pernah mencicipi rokok sedikit pun, yang artinya bukan perokok.
Yang kedua, yang berhati malaikat itu adalah adik kandung
saya (yang se-ibu se-bapak).
Kalau saya jelaskan bagaimana kehidupannya, itu ‘Wah’ saya
ini hanya sebutiran debu yang lemah.
Sebab dari kecil, dia tidak pernah merasakan kesenangan dan
kebahagiaan seorang bapak. Bahkan dia tidak mengenal siapa itu bapak. Dari
kecil sampai SD, yang dia yakini bahwa dia hanya punya ‘ibu’ , tapi hingga ayah
datang saat itu, dia menganggap itu adalah ayahnya.
Namanya Hanaa , artinya ‘Bahagia’.
Kalau dari yang saya tahu (karena sejak kecil kami berpisah
5 tahun), dia selalu bahagia dan menebar kebahagiaan meskipun saya sendiri
melihat kehidupannya begitu..... ya hmm. Saat saya dan dia kembali tinggal
bersama dalam rumah dengan warna yang berbeda, saya sangat iri padanya karena
dia selalu terlihat bahagia tanpa sebab, dan saya tidak pernah merasakan apa
yang dia rasakan. Sungguh saya penasaran.
Ini kejadian nya baru-baru ini. Hari itu saya memegang
amanah mengurusi rumah dan adik yang paling kecil (masih batita) , Kebetulan
Hanaa saat itu libur panjang namun saat itu sedang sakit tak enak badan. Karena
saya pikir, dia itu sudah besar dan sebentar lagi berumur 17 tahun, mungkin
bisa mengurusi dirinya sendiri dan tidak perlu dimanjakan di beri ini itu karena
saya juga ada amanah lain.
Besoknya, saya sakit migrain dan dia sembuh, akhirnya kami
bergantian. Yang menjaga amanah pun akhirnya dia. Pagi itu, pekerjaannya sudah
selesai, kira-kira pukul 10 pagi, dia sudah kembali menidurkan si kecil,
sedangkan saya tertidur pulas setelah sarapan pagi karena migrain. Lalu, dia
datang ke kamar saya membawakan roti isi, obat sakit kepala (obat andalan yang
biasa di minum) dan secangkir air. Dia meminta saya untuk meminum obat dan
berkata bahwa minumnya sudah di sediakan di meja belajar.
Dalam hati kecil saya, saya malu sekali. Pagi hari melihat
gadis muda berhati malaikat memberi obat pada saya, padahal kemarin saya tak
pedulikan dia sama sekali. Dan terputarlah episode-episode kebaikan dia dari
dia waktu masa kecil. Memanglah saya adalah tokoh antagonis dalam kisah
berwarna ini. Hati dia terlalu jernih, berpikir lurus dan selalu bersangka baik
dan selalu saja membahagiakan orang lain tanpa sebab dan tujuan. Dia sangat
dewasa.
Saya pun bercerita kepada ibu saya tenang kejadian ini.
Beliau pun berkata :
“Allah akan selalu membalas segala perbuatan
secepat-cepatnya atau selambat-lambatnya secara langsung.”
Saya memang malu mendengarnya, tapi memang benar bahwa Allah
akan membalas segala perbuatan yang pernah dilakukan. Apa yang saya lakukan
memang buruk, tapi Allah membalasnya dengan menunjukan kebaikan sehingga
menjadikan hati saya sangat malu. Sangat sangat sangat malu. Karena Allah Maha
Baik dan Maha Pemurah.
Ya, Allah menunjukkan saya bahwa hati yang bersih adalah hati
yang di miliki adik dan ayah saya. Semua pengalaman yang pernah terjadi,saya
mengambil hikmahnya dan berusaha untuk memiliki hati yang seperti itu. Hati
yang selalu memberi kedamaian dan hati yang selalu bersinar dengan segala
kebaikannya. Dan berusaha untuk terus mendewasakan diri.
Semoga bermanfaat dan bisa di ambil nilai baiknya, dan harap
maklum atas kesalahan, sebab seorang penulis tak selalu benar walaupun menulis
kebenaran.
0 komentar