Perbaikan dari 'Kesalahan' mengasuh anak
Ceritanya saya lahi gerah nih sama pikiran yang ada di benak
diri saya, saya ingin menuliskan opini saja mengenai “mengasuh anak”. Kenapa? Karena
saya cukup gerah juga melihat anak-anak kecil yang sangat bandel dan pemarah
bahkan sering berkata tak baik. Memang itu wajar karena namanya anak-anak. Akan
tetapi penyebab dari anak yang seperti itu adalah bagaimana didikan orang
tuanya. Bagaimana orang tua menyentuh hatinya. Karena saya seringkali melihat
anak kecil yang sangat baik karena diasuh dengan cara yang baik, dan ada pula
yang sangat pemarah karena diasuh dengan bentakan,amarah dalam kesehariannya.
Bisa diambil kesimpulan bahwa bagaimana anak kita adalah bagimana cara kita
mengasuhnya. Dengan cinta? Atau dengan harta?
Banyak orang yang sangat kaya membesarkan anaknya dengan diasuh
oleh pengasuh pribadinya.
Lalu anak-anak itu benar memang menjadi pribadi yang bagus
karena sang pengasuh mengasuhnya dengan kehati-hatian.
Tapi asa pula orang yang biasa saja mengasuh sendiri dengan
penuh rasa marah, bentakan,cacian, kata-kata kasar, lalu anaknya pun menjadi
ikutan kasar karena keseharian dari kecilnya memang seperti itu.
Berikut adalah kesalahan dan sedikin solusi untuk
memperbaiki sikap kedepannya.
Saya tulis sesuai dengan pemikiran saya sendiri karena
pengalaman yang saya jadikan pelajaran dan sedikit pengetahuan dan logika.
1. jangan marahi,tapi ingatkan
Apabila anak berbuat kesalahan atau kita yang terlalu
sensitif karena kesalahan kecil yang dia lakukan, jangan di marahi. Sebab,
apabila terbiasa memarahi anak, semakin lama sang anak akan tumbuh dengan jiwa
pemarah tanpa sebab. Itu adalah akibat dari pendidikan dan mendidik anak dengan
amarah. Solusi terbaiknya adalah mengingatkan sang anak , karena dengan
sendirinya dia akan menyadari penyebab yang jelas membuat kita marah.
2. jangan bentak,tapi lembutkan
Apabila anak mulai bandel atau kurang menurut atau juga
mungkin menyebalkan, baiknya tidak membentaknya. Hakikatnya anak hanyalah anak,
pikirannya belum luas dan butuh kasih sayang, bukan bentakan. Sebab terlalu
sering di bentak, anak akan tumbuh dengan sering membentak apa apa yang dia
tidak sukai atau dia merasa terusik. Dalam ilmu psikolog, membentak anak pun
tidak baik, karena ratusan se dalam otak anak akan mati permanent, padal
sel-sel itu di butuhkan untuk perkembangan dan pendewasaan. Baiknya, sang anak
di lembutkan, tapi tetap pada koreksian dan ketegasan.
3. jangan menyalahkan,tapi beritahu kesalahannya.
Apabila anak melakukan kesalahan, seperti memecahkan telur,
menghabiskan air di ember,menghambur-hamburkan sabun, atau lain-lain. Yang
harus di benahkan adalah cara “menyalahkan” , sebab apabila kita menyalahkan
sang anak dengan ucapan “kamu sih...” “karena kamu nih..” ,”gimana sih kamu..”
, sang anak akan merasa dirinya penuh dengan kesalahan yang pasti kesalahan itu
akan dia ulang kembali karena terbiasa disalahkan. Baiknya, memberitahu
kesalahan itu, “sayang, kamu tau kan kalau menghabiskan sabun itu nanti kamu
gak bisa mandi bersih” atau “kalau telurnya pecah, nanti mama gak bisa buatin
telur buat kamu dong, di jaga yaa” . Sang anak akan semangat merasa dirinya
harus lebih baik dan selalu mengingat kata kata itu.. “oh ya, mamah bilang
...... jadi aku harus ....” dengan sendirinya ia akan tumbuh dengan penalaran.
4. jangan meminta, tapi diajak
“dik, ambilkan sapu!” , “cuci piring!”, “buangkan sampah”,
dan selebihnya perkataan jenis yang meminta anak untuk melakukan sesuatu.
Padahal dengan cara seperti ini, anak akan tumbuh dengan pribadi yanag sok
berkuasa dan suka menyuruh kepada siapa saja. Bukannya diciptakan tangan dan
kaki agar dapat melakukan selama mampu? Solusi untuk kondisi ini adalah
mengajaknya untuk melakukan apa yang akan kita suruh, jadi bukan memintanya,
seperti “dik, yuk temani ibu menyapu, biar adik bisa main puas di lantai, kan
enak?” , “kak, yuk kita sama sama cuci piring? Biar nanti dapurnya bersih,
kalau gak bersih nanti banyak kuman, terus kakak atau mama,atau papa jadi sakit”
.
5. jangan di abaikan, tapi beri dukungan
Ketika anak menunjukan sesuatu apa yang baru saja dia capai, jangan pernah mengabaikannya
sedikit pun!
“ayah, lihat aku rapihkan sandal” ketika kita mendapat
senyuman bahagia anak itu, lalu kita membalasnya dengan raut wajah yang datar
atau bahkan menyeramkan dan tak berkata sepatah katapun untuk mendukungnya,
yang terjadi sang anak akan merasa tidak di hargai. Sehingga dia akan tumbuh
menjadi pribadi yang enggan melakukan apa yang disenangi orang tua nya, karena
ia tahu bahwa semasa kecilnya apa pun yang pernah dia lakukan, tak pernah ada
yang dianggap satupun dan tidak di hargai sedikitpun. Karena perlakuan kita
salah, maka ada baiknya kita mendukungnya setiap dia menunjukan sesutu sekecil
apapun.
“mama, aku bisa nulis nih.. “ lalu kita tersenyum dan
membalas “wah,kalau terus menulis pasti lebih bagus lagi”
“papa, aku baru saja siram tanaman” lalu kita mengelusnya
dan berkata “anak papa rajin betul ya, tanamannya bakal hidup terus dong
dikasih minum tiap hari sama kaka”
6. jangan segala dituruti, tapi diberi penjelasan
Terkadang ada anak yang suka meminta ini-itu, atau merengek
karena tidak dituruti.
“bunda, aku mau hp!” lalu yang kita lakukan adalah
memberinya. Ini adalah kesalahan yang sangat fatal. Kenapa? Karena anak kecil
tidak disarankan untuk memegang gadget sekalipun ada game edukasi di dalam nya.
Menurut saya sebagai penulis, gadget bukan mainan yang menyenangkan dan
membahagiakan untuk anak dan tidak akan melatih kepintaran dan keahlian. Kenapa?
Sebab yang dilakukan hanya menekan layar, tanpa usaha. Beda lagi jika mainannya
berwujud, seperti mobil-mobilan, boneka, masak-masakan. Selain ada persentuhan
dengan benda, kemampuan kreatif nya akan terus berkembang, dan apabila bermain
bersama teman temannya yang lain, akan terlatih juga cara berkomunikasi,
sesungguhnya masa kecil itu tidak harus mengenal gadget. Sebab kebahagiaan dan
kasih sayang yang melatih perkembangan anak adalah bermain dengan mainan yang
nyata tanpa membuat kecanduan dan menghabiskan banyak waktu.
Yang baiknya di lakukan adalah memberinya penjelasan bahwa
kenapa sang anak tidak di turuti permintaannya, mka dari itu dia akan memaklumi
dan menerima dengan sendirinya.
0 komentar