facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Journal
    • Students Tel-U
  • Portfolio
  • YouTube
  • Instagram

Tanpa Batas

Berani Bermimpi - Berani Melangkah - Berani Mewujudkan!





Bismillahirrahmanirrahiim

“Masih terlalu muda untuk memikirkan pernikahan”

Itulah kata-kata yang sering ku dengar saat ada teman yang membicarakan soal pernikahan selagi sedang berstatus mahasiswa. Memang tidak seharusnya memikirkan soal pernikahan di usia pendidikan, sebab seorang mahasiswa dibebani untuk hanya fokus terhadap perkuliahan dan bagaimana caranya untuk lulus tepat waktu dengan hasil yang terbaik. Tapi berbeda denganku, mendengar kata ‘pernikahan’ , ada sesuatu yang tiba-tiba terbayang didalam benakku dan akan aku coba untuk ceritakan gambaran itu.

Pernikahan bagiku tidak hanya sekedar ‘sah’ , tidak hanya sekedar ganti status atau juga hanya sekedar mempunyai pasangan ‘halal’ , biar kemana-mana ada yang nemenin gituuu (cieee).

Gak !

Pernikahan bagiku, berarti ‘ikhlas dan berani’ menerima segala resiko kehidupan bersama , ‘ridho dan memaafkan’ atas segala kejadian yang dihadapi bersama, dan yang paling beratnya adalah saling ‘sayang dan berbagi’ suka dan duka bersama. Pernikahan bagiku adalah menyatukan dua keluarga yang tadinya hanya satu komunitas menjadi jaringan yang sangat luas. Maka dari itu, pernikahan gak bisa kalau hanya sekedar main-main aja!. Pernikahan itu serius, maka dari itu kita harus benar-benar selektif dalam memilih keluarga mana yang baik untuk kita dan yang dapat menerima segala keadaan kita. Kenapa? Sebab keluarga itu adalah ladang pahala lho. Jadi harus cari pasangan dari keluarga yang baik-baik!

Ini masih intro soal ‘why aku nulis begini’ , belum ke intinya.

Pernikahan Impian dari seorang mahasiswa  akhir yang biasa dipanggil hanifa ini adalah........

Pernikahan impianku, disandingkan dengan seorang laki-laki yang mengenal Islam , bertanggung jawab , dan menyayangi orang tuanya terlebih  kepada ibunya.

Mengenal islam, bukanlah hal yang mudah apabila sekarang kita berada  pada lingkungan yang justru dapat menjauhkan kita dari segala hal yang baik. Bukanlah hal yang sepele ketika kita berada dalam perjalanan kehidupan. Bukanlah hal yang bisa didapat secara asal-asalan. Mengenal islam itu butuh hidayah dan keikhlasan hati. Mengapa? Karena kebanyakan orang sulit menerima ketentuan Rabb nya , padahal mengaku mengimani Islam. Tentu peran hidayah disini sangat berarti, dan mendapatkan nya bukan diam menunggu tapi menjemput. Ya, sudah seharusnya kita sebagai insan yang mengaku islam menjemput hidayah untuk mendapatkannya.

Pernikahan impian, bukan sekedar keinginan semata, tapi sebuah keyakinan tinggi untuk mendapatkan hasil yang InsyaaAllah menjemput keberkahan dalam kehidupan yag dihadapi bersama.
Pernikahan impianku, adalah hanya sebatas antara aku, pasangan, dan Allah SWT yang tahu dan merasa manis pahitnya yang dirasa. Bagaimana dengan orang lain? Tidak, sekali-kali tidak akan aku biarkan orang lain tahu bagaimana romantisnya hubungan kami dan tidak juga aku biarkan orang-orang mendengar segala keburukan tentang hubungan kami. Karena semua semata-mata karena cukuplah Allah yang mengetahui, mengatur, dan memberi kemudahan untuk jalan keluar. Sebab orang lain tidak dapat memberikan hal-hal yang terbaik dengan cuma-cuma. Dan hal yang paling mengingatkan aku untuk selalu lari kepada Allah adalah bahwa kita sebagai manusia diciptakan dan dihidupkan oleh Allah dan tentu akan kembali lagi kepada Allah. Maka, kemana lagi tempat berlindung selain kepada Allah?

Pernikahan impianku, adalah membina keturunanku untuk mempelajari Al-qur’an dan Sunnah yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Al-qur’an adalah pedoman, petunjuk bagi yang meyakini bahwa semua yang ada di muka bumi ini adalah sudah menjadi ketentuanya, dan tugas kita sebagai manusia ialah berbuat kebaikan dan menyebarkan kebermanfaatan. Selain itu dengan menerapkan Al-qur’an dan Sunnah tidak hanya mendapat penjagaan di dunia saja, tapi di akhirat juga. Jadi, Nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

Pernikahan impianku, dinaungi dengan kebaikan dan menjadikan pernikahanku ‘bermanfaat’ atau ‘dakwah’ bagi banyak umat.

Sebab pernikahan tidak hanya sekedar sah, mudah, mewah, tapi juga dakwah.

Memulainya? Dengan memperbaiki,memantaskan dan membekali diri dengan iman sebagai sebaik-baiknya wanita yang akan membangun bahtera mengarungi besar kecilnya gelombang kehidupan dengan harapan tidak lemah karena menanam iman yang kuat. Dengan catatan, semata-mata karena Allah, bukan karena ingin mendapatkan pasangan yang baik-baik. Sebab janji Allah itu sudah pasti, setiap wanita yang baik akan disandingkan dengan yang baik pula, begitupun sebaliknya.


Salam, Hanifa Khoirunnnisaa dengan tulisan dari jiwa yang terpanggil untuk mengenalkan kebesaran Allah.

Jazakumullah Khairan Katsiran.




08.26.00 2 komentar



Bicara mengenai rezeki, saya ingin sedikit berbagi olah pikir yang dibantu oleh keberanian berbicara karena saya sudah memahami dari yang saya temui.

Banyak orang di zaman sekarang ini gila akan harta, mengejar kekayaan tanpa tahu aturan.
Katanya, yang penting hidup enak dan gak miskin atau kekurangan dalam membiayai kehidupan keluarga, asal semua barang bisa ‘di miliki’.

Sayangnya, karena keinginan itu harus di penuhi, banyak jalan yang salah di ambil. Semisal , berjudi , mencuri, pergi ke dukun, atau pula bermain ‘jalan belakang’ dalam hal mendapatkan rezeki.
Di masa sekarang ini, melakukan sesuatu yang jelas salah sudahlah menjadi rahasia umum, banyak yang tahu dan banyak yang melakukan secara terang terangan.

Banyak orang tua yang menginginkan anak nya agar dapat menempuh pendidikan di sekolah negeri yang elit dan terpandang favorit, karena jelaslah apabila anaknya bersekolah disana ada kebanggaan tersendiri. Karena tidak lolos seleksi secara murni , dengan terang-terangan mereka memaksa  membayar / membeli bangku kepada orang yang bekerja di tempat yang bersangkutan , alias “nyogok”.

Saya pernah pengalaman, saya tengah berkumpul diantara teman-teman yang sedang membuka kedok nya masing-masing untuk masuk ke sekolah negeri yang saat itu saya menempuh pendidikan disana juga. Karena saya menghargai dan sekaligus ada rasa keingintahuan, saya duduk diantara mereka dan menyimak. Lalu di penghujung pembicaraan, diantara mereka bertanya padaku.

“Kalau kamu, nyogok berapa ? dan ke guru siapa?”

Saya pun hanya terdiam. Saya benar-benar tak tahu mau jawab apa kepada mereka. Karena bila saya menjawab bahwa saya tidak ikut-ikutan membayar seperti itu, nanti saya dianggap sok suci atau menyembunyikan sesuatu. Karena ‘menyogok’ kala itu adalah hal yang sudah dianggap wajar secara terang-terangan. Semasa saya duduk di bangku pendidikan dasar, hingga menengah dan atas, saya tidak pernah sekalipun melakukan pembayaran paksa hanya demi masuk ke sekolah negeri. Selain karena kedua orang tua saya sibuk kerja dan dinas kesana-kemari, semua urusan sekolah dari pendaftaran dan tes saya lakukan sendiri. Kala itu, saya mendaftar SMP secara kolektif dari SD dan hanya mengumpulkan berkas-berkas persyaratan saja, orang tua saya hanya tahu kalau saya ingin melanjutkan ke negeri, bukan swasta tanpa tahu sekolah tujuan saya, mereka hanya tahu ketika saya sudah lolos dan bersekolah saja. Artinya dalam pendaftaran sekolah negeri itu tidak ada campur tangan dengan orang tua saya, karena tadinya saya sangat di sarankan untuk masuk pesantren hanya saja saya sendiri yang bersikeras untuk bersekolah di negeri , padahal semua adik saya sekolah di swasta islam (hehe).

Saya jadi teringat, dahulu saat itu ramai-ramainya para orang tua dan murid membicarakan kedoknya masing-masing secara terbuka. Ada sedikit percakapan saya dengan ibu saya mengenai “main belakang” alias nyogok-menyogok atau ‘nitip’ kala saya masih duduk di bangku SMP. Berbeda dengan orang tua lain yang sering saya dengar sembari menunggu anak-anaknya pulang, ibu saya berkata bahwa praktik sogok menyogok adalah sesuatu yang sangat jelas dilarang oleh agama islam, bahkan Rasulullah pun melaknat orang-orang yang melakukan itu. Ibu saya menjelaskan sedikit hadist kala itu, tapi saya sedikit lupa bunyinya, tapi setelah saya cari di internet ternyata ada memang. Berikut tafsiran hadist yang di maksud :

Dari Abdullah bin Amr ia berkata : Rasulullah SAW melaknat orang yang menyogok dan menerima sogokan. Dan orang yang menjadi perantara dalam sogok menyogok (HR. Turmudzi)

Selain itu, ibu saya juga menerangkan hukuman/ ganjaran bagi orang –orang yang melakukan praktik sogok menyogok itu nanti di akhirat. Tapi saya benar-benar lupa karena itu sudah lama sekali dan kebetulan saya lagi malas mencari referensi bacaan (hehe).

Yang saya pernah dengar, orang yang melakukan sogokan, dan menerima sogokan sama ruginya di akhirat nanti. Uang / benda yang menjadi sogokan itu (haram) dan apa yang disogok itu (orang/benda) juga haram. Dan siklus itu akan berlanjut karena apa yang di sogok sudah digunakan dan tidak di lepas. Seperti misal si fulan mendaftar sekolah A dengan cara menyogok, lanjut ke sekolah B juga menyogok, kerja pun mendaftarnya menyogok. Maka gaji yang di terima pun meski cara mendapatkannya secara halal, namun di dalam nya ada unsur haram, maka kehidupan dari penghasilan itu kurang berkah. Wallahu'alam

Menurut saya pribadi, sebagai anak yang ingin menuntut ilmu, bukanlah sekolah negeri yang bergengsi,terfavorit, dan dibanggakan sebagai tempat , karena yang baik bagi saya adalah dimanapun saya bersekolah, tujuannya adalah untuk menjadi pribadi baik yang berguna. Tidak peduli bertempat di negeri atau swasta. Karena pada hakikatnya yang dibutuhkan itu ilmu, bukan gengsi. Lagipula apabila melakukan sogok-menyogok hanya agar anaknya masuk ke sekolah terfavorit sekalipun, selain sudah mendzolimi anak lainnya yang harus nya memang bersekolah disitu, orang tua itu juga sudah menanamkan bibit penyakit moral pada anaknya.

Ya, kebanyakan orang di zaman sekarang ini berfikiran ‘yang penting nanti kerjanya enak’ ,’ yang penting nanti banyak uang’ , ‘yang penting nanti gak miskin’ . Sehingga para orang tua pun menginginkan anaknya hidup kaya raya dan mampu untuk melakukan apapun hingga berusaha menyekolahkan anaknya di tempat yang bergengsi dan ternama agar mencari kerja nya mudah, dan hidup kedepannya enak.

Padahal, rezeki bukanlah hal yang harus selalu dipikirkan. Mengenai rezeki, ada Allah SWT yang sudah mengatur nya. Cara mendapatkannya adalah senantiasa bersyukur dan istiqomah dalam beribadah. Jangan pernah takut mengenai rezeki. Sekalipun harta yang dimiliki betul-betul habis, Allah pasti akan memberi dari sisi yang tak di duga.

Baru-baru ini saya ambil pelajaran dari percakapan dari sebuah diskusi para orang tua, bicara mengenai rezeki.

Jadi, jangan mengira harta/rezeki yang kita miliki adalah milik kita sendiri semuanya, sebab di dalamnya ada rezeki orang lain yang tersimpan. Karena itulah sebagai manusia disarankan untuk berbagi/bersedekah. Sekalipun kita tidak punya apa-apa atau sedang kekurangan di rumah, lalu ada orang bertamu, kita tidak boleh mengeluh karena tamu itu datang ke rumah kita, sebab ada rezeki tamu itu yang Allah titipkan kepada kita. Kalau kita mengeluh karena kedatangan tamu tersebut, artinya kita sudah berburuk sangka dan khianat kepada Allah. Ini juga sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk memuliakan tamu, dan memberi hidangan.

Selain itu, yang saya dengar adalah rezeki dalam rumah tangga.

Terkadang kebanyakan orang selalu melihat sebuah keluarga dari segi kekayaannya, bagaimana pekerjaannya, bagaimana rumahnya, bagaimana ini itunya.

Dalam berumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, rezeki bukanlah soal harta yang segala-galanya. Rezeki adalah hadiah, tapi karena kita harus merendah dihadapan Allah, anggap rezeki itu adalah titipan. Ada keluarga yang pas-pas an di pandang orang lain, tapi rezeki yang mereka dapatkan selalu mengalir dari yang halal karena banyak betul ibadahnya. Ada keluarga yang serba susah rezekinya , yang ternyata ada anggotanya yang enggan beribadah. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga adalah bagaimana pula kondisi ibadah keluarga itu juga.

Ada yang menyebutkan bahwa pernikahan adalah menyempurnakan separuh agama dan memperbanyak rezeki, karena shalatnya orang yang sudah menikah lebih khusyu daripada yang belum menikah, memang benar adanya. Adanya rezeki adalah dari cara kita bersyukur dan beribadah. Apabila seorang suami sulit dalam rezekinya untuk menafkahi, barang kali sang istrilah yang menjadi penyebabnya karena sulit dalam beribadah. Dan apabila seorang suami mendapatkan banyak rezeki, barangkali penyemabnya adalah istrinya yang rajin beribadah serta anak-anaknya yang taat dalam beragama.

Mengenai rasa syukur menerima rezeki dalam keluarga, apabila seorang istri mendapatkan nafkah dengan jumlah seadanya dari suami, sang istri tidak boleh menuntut mengenai nafkahnya yang di terima itu dengan keluhan ‘yah, kok Cuma segini?’ sembari menuntut untuk dilebihkan. Sebab jika berbuat sperti itu, sama saja seperti menuntut rezeki dari Allah. Dan itu sama saja perilaku yang durhaka. Padahal rezeki/nafkah yang di terima pada saat itu tidak lain rezeki dari Allah yang di titipkan kepada suami. Kalau mendapat jumlah sedikit, barangkali sang istri kurang ibadahnya. Dan kalau mendapat banyak, barangkali Allah mendengar dzikir dan memperhatikan sunnah yang dilakukan.

Begitulah pelajaran yang sedikit saya petk dari pembicaran sebuah diskusi.


Pada intinya , rezeki itu sudah di atur oleh Allah dari manusia berada di dalam kandungan, jadi tidak perlu khawatir mengenai rezeki. Yang terpenting adalah senantiasa bertawakkal,beribadah dan meminta segala sesuatu kepada Allah. Ikuti perintah-Nya dan jauhi segala larangan-Nya jika ingin hidup di dalam keberkahan. Dan syukuri seberapapun nikmat rezeki yang Allah beri karena hidup tidak harus selalu menjadi orang kaya harta, tapi kaya hati dan jujur. Sebab menjadi orang yang kaya harta, akan membuat diri kita ini di hisab lama di akhirat nanti karena harus menanggung jawabkan atas harta yang di titipkan.

Rasulullah bersabda : "Aku di perlihatkan surga. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir...." 
(HR Bukhari-Muslim)

22.16.00 No komentar


Ceritanya saya lahi gerah nih sama pikiran yang ada di benak diri saya, saya ingin menuliskan opini saja mengenai “mengasuh anak”. Kenapa? Karena saya cukup gerah juga melihat anak-anak kecil yang sangat bandel dan pemarah bahkan sering berkata tak baik. Memang itu wajar karena namanya anak-anak. Akan tetapi penyebab dari anak yang seperti itu adalah bagaimana didikan orang tuanya. Bagaimana orang tua menyentuh hatinya. Karena saya seringkali melihat anak kecil yang sangat baik karena diasuh dengan cara yang baik, dan ada pula yang sangat pemarah karena diasuh dengan bentakan,amarah dalam kesehariannya. Bisa diambil kesimpulan bahwa bagaimana anak kita adalah bagimana cara kita mengasuhnya. Dengan cinta? Atau dengan harta?

Banyak orang yang sangat kaya membesarkan anaknya dengan diasuh oleh pengasuh pribadinya.
Lalu anak-anak itu benar memang menjadi pribadi yang bagus karena sang pengasuh mengasuhnya dengan kehati-hatian.

Tapi asa pula orang yang biasa saja mengasuh sendiri dengan penuh rasa marah, bentakan,cacian, kata-kata kasar, lalu anaknya pun menjadi ikutan kasar karena keseharian dari kecilnya memang seperti itu.

Berikut adalah kesalahan dan sedikin solusi untuk memperbaiki sikap kedepannya.

Saya tulis sesuai dengan pemikiran saya sendiri karena pengalaman yang saya jadikan pelajaran dan sedikit pengetahuan dan logika.

1. jangan marahi,tapi ingatkan
Apabila anak berbuat kesalahan atau kita yang terlalu sensitif karena kesalahan kecil yang dia lakukan, jangan di marahi. Sebab, apabila terbiasa memarahi anak, semakin lama sang anak akan tumbuh dengan jiwa pemarah tanpa sebab. Itu adalah akibat dari pendidikan dan mendidik anak dengan amarah. Solusi terbaiknya adalah mengingatkan sang anak , karena dengan sendirinya dia akan menyadari penyebab yang jelas membuat kita marah.

2. jangan bentak,tapi lembutkan
Apabila anak mulai bandel atau kurang menurut atau juga mungkin menyebalkan, baiknya tidak membentaknya. Hakikatnya anak hanyalah anak, pikirannya belum luas dan butuh kasih sayang, bukan bentakan. Sebab terlalu sering di bentak, anak akan tumbuh dengan sering membentak apa apa yang dia tidak sukai atau dia merasa terusik. Dalam ilmu psikolog, membentak anak pun tidak baik, karena ratusan se dalam otak anak akan mati permanent, padal sel-sel itu di butuhkan untuk perkembangan dan pendewasaan. Baiknya, sang anak di lembutkan, tapi tetap pada koreksian dan ketegasan.

3. jangan menyalahkan,tapi beritahu kesalahannya.
Apabila anak melakukan kesalahan, seperti memecahkan telur, menghabiskan air di ember,menghambur-hamburkan sabun, atau lain-lain. Yang harus di benahkan adalah cara “menyalahkan” , sebab apabila kita menyalahkan sang anak dengan ucapan “kamu sih...” “karena kamu nih..” ,”gimana sih kamu..” , sang anak akan merasa dirinya penuh dengan kesalahan yang pasti kesalahan itu akan dia ulang kembali karena terbiasa disalahkan. Baiknya, memberitahu kesalahan itu, “sayang, kamu tau kan kalau menghabiskan sabun itu nanti kamu gak bisa mandi bersih” atau “kalau telurnya pecah, nanti mama gak bisa buatin telur buat kamu dong, di jaga yaa” . Sang anak akan semangat merasa dirinya harus lebih baik dan selalu mengingat kata kata itu.. “oh ya, mamah bilang ...... jadi aku harus ....” dengan sendirinya ia akan tumbuh dengan penalaran.

4. jangan meminta, tapi diajak
“dik, ambilkan sapu!” , “cuci piring!”, “buangkan sampah”, dan selebihnya perkataan jenis yang meminta anak untuk melakukan sesuatu. Padahal dengan cara seperti ini, anak akan tumbuh dengan pribadi yanag sok berkuasa dan suka menyuruh kepada siapa saja. Bukannya diciptakan tangan dan kaki agar dapat melakukan selama mampu? Solusi untuk kondisi ini adalah mengajaknya untuk melakukan apa yang akan kita suruh, jadi bukan memintanya, seperti “dik, yuk temani ibu menyapu, biar adik bisa main puas di lantai, kan enak?” , “kak, yuk kita sama sama cuci piring? Biar nanti dapurnya bersih, kalau gak bersih nanti banyak kuman, terus kakak atau mama,atau papa jadi sakit” .

5. jangan di abaikan, tapi beri dukungan
Ketika anak menunjukan sesuatu apa yang baru saja  dia capai, jangan pernah mengabaikannya sedikit pun!
“ayah, lihat aku rapihkan sandal” ketika kita mendapat senyuman bahagia anak itu, lalu kita membalasnya dengan raut wajah yang datar atau bahkan menyeramkan dan tak berkata sepatah katapun untuk mendukungnya, yang terjadi sang anak akan merasa tidak di hargai. Sehingga dia akan tumbuh menjadi pribadi yang enggan melakukan apa yang disenangi orang tua nya, karena ia tahu bahwa semasa kecilnya apa pun yang pernah dia lakukan, tak pernah ada yang dianggap satupun dan tidak di hargai sedikitpun. Karena perlakuan kita salah, maka ada baiknya kita mendukungnya setiap dia menunjukan sesutu sekecil apapun.
“mama, aku bisa nulis nih.. “ lalu kita tersenyum dan membalas “wah,kalau terus menulis pasti lebih bagus lagi”
“papa, aku baru saja siram tanaman” lalu kita mengelusnya dan berkata “anak papa rajin betul ya, tanamannya bakal hidup terus dong dikasih minum tiap hari sama kaka”

6. jangan segala dituruti, tapi diberi penjelasan
Terkadang ada anak yang suka meminta ini-itu, atau merengek karena tidak dituruti.
“bunda, aku mau hp!” lalu yang kita lakukan adalah memberinya. Ini adalah kesalahan yang sangat fatal. Kenapa? Karena anak kecil tidak disarankan untuk memegang gadget sekalipun ada game edukasi di dalam nya. Menurut saya sebagai penulis, gadget bukan mainan yang menyenangkan dan membahagiakan untuk anak dan tidak akan melatih kepintaran dan keahlian. Kenapa? Sebab yang dilakukan hanya menekan layar, tanpa usaha. Beda lagi jika mainannya berwujud, seperti mobil-mobilan, boneka, masak-masakan. Selain ada persentuhan dengan benda, kemampuan kreatif nya akan terus berkembang, dan apabila bermain bersama teman temannya yang lain, akan terlatih juga cara berkomunikasi, sesungguhnya masa kecil itu tidak harus mengenal gadget. Sebab kebahagiaan dan kasih sayang yang melatih perkembangan anak adalah bermain dengan mainan yang nyata tanpa membuat kecanduan dan menghabiskan banyak waktu.
Yang baiknya di lakukan adalah memberinya penjelasan bahwa kenapa sang anak tidak di turuti permintaannya, mka dari itu dia akan memaklumi dan menerima dengan sendirinya.


21.51.00 No komentar

Bismillahirohmanirohim,

Saya hanya ingin share saja pengalaman saya saat mengasuh bayi , dan sekaligus sekalian latihan ala ala ibu muda (hehe)

Tahun 2015, saya lulus SMA pada bulan mei, dan adik saya yang ketiga lahir tepat dimana hari pelepasan siswa SMA pada waktu itu.

Saya sempat daftar kuliah sana-sini, tapi daftarnya sekolah kedinasan, itu pun sempat gagal di tengah jalan. Kebetulan saya waktu utu kurang berminat untuk melanjutkan ke universitas.

Memang apa bedanya sekolah kedinasan dan universitas? Ya ada bedanya pastinya. Coba search di google (saya rada males copas wkw)

Dan waktu itu, saya menyerah dan universitas terakhir yang masih buka pendaftaran saat itu adalah universitas gunadarma, saya pun melengkapi berkas jalur rapot, ke universitas gunadarma yang cabang depok. Kalau tidak salah, saya di terima jurusan D3 Manajemen Informatika atau S1 Teknik Informatika pada waktu itu.

Tapi takdir berkata lain, saat waktu pembayaran sudah mendekati jatuh tempo, orang tua saya tak kunjung memberikan lampu hijau untuk berkuliah disana. Dan pada akhirnya saya di minta untuk bersabar dan mendaftar kedinasan lagi di tahun 2016.

Malu, kesal, semua rasa memang menjadi campur aduk, karena dikala yang lain sudah asyik mendapatkan pengalaman baru dikuliah, mendapatkan pengalaman di tempat kerja, sedangkan saya hanya berdiam di rumah, seperti pengangguran yang tak ada gunanya.

Tapi, di balik itu, saya bersyukur, ternyata teman-teman dekat saya pun menjadi pengangguran seperti saya tahun itu.

Setelah adik terkecil sudah berumur 3 bulan, saya diamanahi untuk mengasuh. Karena kedua orang tua saya adalah pekerja yang kantornya pun di jakarta, sehingga berangkat pagi sekali dan pulang sore sekali. Dan juga, ibu saya sudah tidak mendapat jatah cuti lagi, karena adik saya adalah anak ke empat (FYI , peraturan PNS emang gitu, lahiran anak ke 4 gak dapet jatah cuti, jadi manfaatin jatah cuti lain).

Saya pada waktu itu masih berumur.. 18 tahun, dan saya baru lulusan SMA. Tapi di lingkungan saya, tidak aneh kalau gadis-gadis seumuran saya sudah punya anak (maaf, orang kampung asli di daerah saya tinggal itu ada tradisi menikahi anak gadis, jadi gak aneh). Saya pun bersedia dengan keikhlasan menerima amanah, walau awalnya saya memang agak keberatan (ya, masa baru lulus SMA udah ngasuh bayi merah, temen-temen aja kerja atau kuliah..).

Tiga bulan pertama, saya tidak sendiri dalam mengasuh. Ada tetangga yang diminta bantu saat memandikan adik saya setiap pagi dan sore yang saat itu masih bayi dan belum bisa apa-apa.

Pada dini hari, setelah shubuh saya harus sudah siap dan rapih agar bisa fokus mengasuhnya. Jadi, selesai mandi, sholat, lalu bersih-bersih rumah dari menyapu,mengepel, hingga me-lap kaca,furniture, dan mencuci baju. Pagi harinya, setelah orang tua berangkat kerja, saya membuat sebotol susu yang kira-kira saat itu 90ml kalau gak salah, dan itu di beri per 2-3 jam sekali (amanah). Lalu saat meminta tetangga untuk hadir ke rumah pun tak sembarang pergi ke luar lalu meninggalkan sang bayi, karena zaman sudah canggih teknologi, pada saat itu saya memanfaatkan LINE dan WhatsApp, jadi cukup me-chat untuk datang saja, beberapa menit kemudian datang ke rumah.

Memandikan bayi nya pun tak sembarang. Jadi, karena di rumah memang di sediakan baby bed yang bahannya dari spons lalu diatasnya ada alas perlak (anti air gitu) , itu dimanfaatkan. Jadi sebelum saya meminta tetangga untuk datang, saya selalu menyiapi persiapan mandi terlebih dahulu. Memasak air panas, menyediakan bak mandi bayi, sabun bayi, baby bed, handuk dan baju ganti. Dan itu pun bukan di lakukan di kamar mandi, tapi di tengah-tengah ruangan. Dan memandikannya pun ada tekniknya, saya hafalkan sampai 3 bulan caranya, jadi untuk kedepannya saya tak mengandalkan tenaga tetangga.

Selain menyusui setiap per 2-3 jam, saya juga beraktivitas, seperti memasak, mencuci baju, menyetrika baju, beribadah, online, baca-baca buku, dll.

Karena amanah saya bukan hanya itu, tapi juga mengurusi adik saya yang kedua, yang duduk di bangku kelas 1 SD pada waktu itu. Dan sekolahnya pun sekolah swasta, jadi berangkat pagi, pulang sore. Jadi saya memasak bukan hanya untuk saya sendiri, tapi juga untuk adik-adik saya. Klao soal masak memasak memang saya kurang bisa, tapi saya hobi dalam memasak.

Gadis 18 tahun, baru lulus SMA, belum ada pengalaman berumah tangga tapi sudah mengurusi urusan rumah tangga, bukan hanya sekedar bebersih rumah, tapi juga mengurusi anak-anak serta seorang bayi,menghabiskan waktunya di dalam rumah tapi pikrannya dia ingin seperti teman-temannya yang hidup enak. Bukan hanya memberi susu-memandikan-mencuci, tapi juga mengurusi pup yang bisa keluar kapan saja. Karena pada waktu itu adik saya basih sekitar 3-4 bulan, pup nya pun tidak seperti orang dewasa, jadi hanya sediakan air hangat di gayung dan kapas untuk membersihkan. Jijik? Ya, bagi gadis seumuran saya yang terlalu anti bau bau seharusnya jijik memang, tapi saya merasa biasa saja. Kenapa? Itu hanya kotoran, sebab kita pun punya kotoran,nanti juga akan mengurusi kotoran, dan sampai akhir hayat pun tetap bertemu kotoran. So, saya pikir untuk apa jijik kalau memang harus di hadapi.

Setelah bulan-bulan berlalu, adik saya yang bayi itu sudah bisa terngkurep (gatau indonesianya apa) , lalu seluncur memaksakan untuk bisa merangkak, hingga bisa duduk sempurna. Sepanjang waktu iu saya tidak lagi mengandalkan tetangga, saya sudah bisa memandikannya sendiri. Tapi yang berbeda adalah ‘ketenangan’ saya berada di tingkat tak aman, karena bayi saat itu sudah bisa ‘ngapa-ngapain’ saya harus selalu was-was dan terus menjaga, karena takut terjatuh atau celaka.

Selama mengasuh, saya produktif, tapi hanya di dalam rumah. Kalau bosan, saya seringkali mencoba resep-resep baru dan mengundang teman-teman saya untuk sekedar main-main di rumah menemani kesepian saya atau membagikan masakan-masakan saya ke tetangga-tetangga. Menu favorit pada waktu itu adalah mie ayam yang saya buat sendiri dengan resep bumbu ayam khusus racikan saya, kalau kata tetangga sih katanya ayamnya udah enak, mie nya cukup pas ,tapi porsi nya kurang banyak.

Mengenai suka duka mengasuh selama setahun..

Dari sang adik bayi merah hingga bisa berjalan..

Duka nya, saya banyak melamun dan berfikir yang enggak-enggak, karena keinginan saya gak terwujud (mengikuti gengsi) , saya kurang bebas untuk main atau rekreasi atau nonton atau juga sekedar kumpul di rumah teman karena hanya punya waktu di weekend saja.

Sukanya, banyak. Saya mendapat banyak pelajaran dari pengalaman ini. Belajar untuk menjadi pribadi yang dewasa dan ikhlas. Tidak hanya itu, selama setahun itu pun melatih kesabaran dan ketelitian yang kuat. Karena kalau tidak sabar, sudah hancurlah saya saat itu. Itu juga saya jadikan pelatihan untuk kedepannya jika kelak berumah tangga nanti, jadi saya tidak kaget harus bagaimana karena sudah tahu prosedur ini-itu nya tanpa menggunakan tenaga pembantu rumah tangga atau baby sitter, jadi kerja mandiri. Selain itu, banyak, susah di sebutkan euy. Hehe.

Pokoknya saya sudah berbekal pengalaman saya dalam mengasuh bayi usia 3 bulan – 1 tahun, barangkali ada yang berminat. (apasih han wkkw)

Ini baru suka duka mengasuh bagian 1 di jenjang umur adik saya menuju 1 tahun, selanjutnya ada lagi kisah lainnya yang masih juga mengurus adik saya.


Terimakasih untuk pembaca yang telah membaca sampai akhir bagian ini, semoga positifnya bisa bermanfaat ya.. salam hangat dari penulis ;) (HK)
22.50.00 No komentar

Pada catatan sebelumnya, saya ini adalah salah satu pengindap Psoriasis (Baca : Psoriasis? Bertahan Berapa Lama?) yang sulit dan berat untuk penyembuhan total.

Saya hanya seorang gadis berumur 20 tahun dengan status mahasiswa, yang kesibukan sekarang adalah kuliah-organisasi.

Liburan semester genap, saya mendapat waktu untuk tinggal di rumah beberapa bulan. Dan saya pulang dengan psoriasis yang tak kunjung sembuh.

Sempat kemarin itu berfikir untuk berobat kembali (karena saran dari beberapa teman dan kakak tingkat) , tapi saya menahan diri untuk tidak ketergantungan dengan dokter, sebab saya pikir jadinya akan sama lagi, tak ada perubahan.

Karena saya punya banyak waktu luang dan bebas dari tugas berdeadline, saya mencoba mengurus dan merawat badan saya sendiri.

Saya pun mencoba memakai kembali dan membeli beberapa perlengkapan perawatan untuk melengkapi , seperti minyak zaitun, hand and body lotion, lulur mandi/scrub, dan minyak rambut tentunya. Saya juga mengganti yang biasa memakai sabun bayi batangan , menjadi sabun cair prawatan kulit dan puff (busa untuk sabun cair). Saya mencoba untuk rutin merawat badan saya kembali (karena semasa kuliah kurang leluasa untuk merawat heheh).

Selang seminggu perawatan rutin ala ala sederhana, psoriasis yang ada di tubuhku 100% HILANG semua! Ajaib bin Ajaib memang! Saya juga tidak menduga bahwa psoriasis saya bisa sembuh total tanpa obat sedikitpun dan olesan salep dari dokter.

Benar juga kata dokter, psoriasis bisa kambuh kalau stress, tapi kalau relaks, psoriasis tak bakal jadi.
Saya sangat bersyukur,Alhamdulillah.

Tapi, pernah waktu saya ikut dinas ortu saya di hotel, dan mandi pun dengan sabun batangan hotel seadanya dan saya lupa membawa peralatan perawatan ala ala saya, psoriasis malah kambuh dan berdarah-darah. Berarti solusi nya adalah ‘puff’ dan sabun cair serta minyak zaitun.

Yang terpenting bagi saya sekarang adalah me-relaks-an diri dan merawat badan dengan perawatan ala ala (hehehe, aslian Cuma rutin gosok2 + pakai lotion dan minyak zaitun aja kok)
Bagi penderita Psoriasis yang serupa siapa pun di sana, jangan menyerah ya! Semua penyakit pastia ada obatnya, dan semua masalah pasti ada solusinya.

Yang penting, hidup bahagia.

Semoga pengalaman saja bisa bermanfaat bagi teman-teman yang serupa dengan saya , dan lekas sembuh ;)
22.19.00 1 komentar


Halo pa? Apa kabar? Semoga bapa baik-baik saja ya disana.

Semoga tetap dalam lindungan Allah, karena doa saya selalu menyertai dimanapun bapak berada.

Pa, saya ingin berbicara sedikit mengenai hal biasa yang sering anak muda katakan pada zaman sekarang, namanya jatuh cinta.

Saya mengenal bapa hanya di waktu kecil sampai selesai di bangku sekolah dasar, selepas saya duduk di bangku sekolah menengah pertama yang berseragamkan putih –biru tua, saya mengenal bapa hanya melalui kabar saja. Tapi, saya kenal bagaimana bapa.

Pa, saya pernah menemui seseorang yang persis seperti bapa. Dia laki –laki. Dan semua yang ada dalam bapa, dimiliki dia juga. Saya menjadi paham bahwa diri dia adalah diri bapa yang lain. Jadi saya merasa nyaman dan kembali menemukan apa yang pernah hilang. Saya pernah kembali hidup dengan terus merasa dia adalah renkarnasi bapa, sehingga saya terlarut dalam kenyamanan.

Pa, pernah dengar tentang jatuh cinta? Oh ya tentu pernah, dan saya  mungkin ada saat ini karena rasa itu tercipta karena anugerah. Jatuh cinta yang tak bisa di definisikan bagaimana kerja nya. Pa, ‘Cinta’ itu suci kan? Makannya harus terjaga?. Banyak teman-teman saya bahkan anak muda jaman sekarang ini salah mengartikan mengenai jatuh cinta.

Pa, boleh saya katakan bahwa dulu saya pernah jatuh cinta?

Karena kenyamanan itu ada, dan saya mendambakan seseorang yang persis seperti bapa itu, saya pernah jatuh cinta padanya. Tapi ‘cinta’ itu saya simpan sendiri, dan cukup dalam diam. Hingga saya menemukan sikap yang sama lagi dengan bapa padanya.

Pa, saya pernah kecewa di kala jatuh cinta saat itu. Sama seperti rasa kecewa yang saya rasakan saat dulu bapa memberi saya sebuah harapan tapi tak kunjung diwujudkan.

Pa, saya pernah merasakan rasanya sakit hati saat berusaha terbangun dari kekecewaan. Sama seperti rasa sakit saat saya tahu bapa mencintai wanita lain selain ibu.

Pa, saya pernah mersakan seperti jatuh kedalam lubang yang dalam setelah pulih dari rasa sakit. Sama seperti kembali menemukan wajah dan pelukan bapa di hadapan saya, tapi bapa menghilang kembali.

Pa, sedikit cerita, saya pernah menonton film yang kisahnya itu seperti apa yang terjadi pada kehidupan orang tua, menurun pada kehidupan anak berikutnya. Saya juga sering mendengar, konon katanya, kalau ada seorang orang tua laki-laki menyakiti wanitanya, maka anak perempuannya akan mengalami hal yang bapaknya itu lakukan pada ibunya. Saya pernah dengar juga kalau ada kisah di zaman nabi yang serupa. Banyak kisah tentang ‘sebab-akibat’ itu. Kalau anak muda sekarang sering menyebutnya dengan ‘karma’ . Tapi, saya kurang percaya pada kepercayaan dan kisah itu semua, sebab saya yakin apa yang di lakukan seseorang, pasti akan berbalik ke seseorang tersebut.

Pa, setelah saya jatuh-bangun dalam jatuh cinta diam-diam selama waktu itu, saya mulai melepaskan itu semua daripada harus menanggung pahitnya. Saya mulai mencintai Allah, yang menciptakan segala-galanya dan termasuk rasa itu. Karena saya percaya dengan mencintai Allah, saya tidak akan pernah merasakan namanya kekecewaan,kesedihan,kesakitan, atau kepahitan dalam hal ‘mencintai’.

Pa, saya mulai mengerti jatuh cinta yang sejati sekarang. Saya mencintai Allah dan Rasul yang menunjukan saya kepada jalan yang lurus untuk menjadi manusia yang memiliki kehidupan yang damai di dunia hingga akhirat.

Pa, mengenai mecintai Allah, saya tak merasa keberatan atau merasa merugi. Sebab, apapun yang saya minta, Allah selalu memberi dengan kelebihan. Terkadang, Allah selalu menghadiahkan saya hal yang tidak terduga. Mencintai Allah itu hal yang terindah, pa.

Pa, boleh katakan kalau sekarang saya tidak menginginkan cinta yang ada terhadap lelaki? Terlebih lagi dia yang mirip seerti bapa. Saya mengemas rasa itu serapih mungkin hingga tidak terpasang lagi pada kehidupan saya. Karena saya sudah mencintai Allah.
Terlebih lagi, karena saya tidak ingin menjadi tokoh yang mengulang kisah yang pernah bapa jalani, sebaiknya saya melepaskan laki-laki itu.

Tapi pa, bolehkah kalau saya sedikit mendambakan perihal sosok laki-laki?

Saya mencintai sesosok berhati malaikat (Baca : Dua Insan Berhati Malaikat) yang ada dalam kehidupan saya sekarang. Beliau sholih,baik,bijak, sabar,lemah lembut,dan penyayang. Beliau juga bukan perokok. Tak apa kalau saya mendambakan pendamping yang seperti ‘ayah’ nantinya? Maafkan kalau saya agak mengecewakan bapa. Tapi saya mendambakan untuk kehidupan yang tidak ingin mengulang kesalahan.

Pa, saya sekarang sedang dalam tahap mendewasakan diri. Saya tak ingin lagi jatuh cinta diam-diam yang macam-macam selain jatuh cinta kepada Allah. Saya percaya, Allah akan mengirimkan seseorang yang serupa dengan saya nantinya, maka dari itu, saya berlatih untuk terus memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang baik.

Pa, sebenarnya ada sejuta cerita yang ingin saya bagikan kepada bapa dan kepada pembaca, tapi yang tertuju khusus bapak, hanya itu.

Pa, jaga kesehatan dan tetapkan hati pada Allah ya. Allah akan selalu bersama bapa.



Salam cinta yang manis dari gadis pertamanu yang merindukan pelukan.
21.07.00 No komentar

Hati malaikat yang saya maksud adalah hati yang bersih yang bebas dari perasaan buruk atau setan, sebenarnya hanya perumpamaan saja.

Saya jatuh cinta pada dua insan yang di dalamnya ada hati malaikat.Dua insan itu ada di dalam rumah.

Pertama,
Ayah, kehadiran nya dalam keluarga saya itu adalah seperti malaikat yang datang untuk memberi warna kehidupan, yang sebelumya berwarna abu-abu.

Dahulu, banyak orang berfikir kalau punya anggota ‘tiri’ itu, hidupnya pasti terancam dalam siksaan. Karena saya banyak sekali mendengar kisah yang menyakitkan untuk di bayangkan, dapat dari tontonan tv, cerita teman –teman sekelas, dan lain-lain. Waktu itu saya duduk di bangku sekolah dasar, kelas 4.

Ayah datang dengan kasih sayang dalam damai, karena saya fikir waktu itu semua ‘bapak-bapak’ itu jahat, saya enggan untuk menghampiri dan teramat marah karena beliau datang untuk merebut ibu satu-satunya orang tua yang saya punya. Namun setelah bertahun – tahun, saya bisa berdamai dan menerima keadaan, dan mungkin karena kehadiran beliau hidup saya kembali berwarna.

Suatu hari, saya terserang demam yang bukan demam biasa, sebut saja gejala tifus. Di tengah malam hari, saya meriang, menggigil dan mengigau hingga berhalusinasi (waktu itu saya menjerit karena halusinasi pesawat jatuh di kamar saya) . Ayah bangun dan segera menghampiri saya, lalu menyalakan mesin mobil, saat itu jam 11 malam. Beliau mengantarkan saya ke klinik terdekat, namun saat itu antriannya sangat panjang, jelas sekali wajah nya terlihat sangat panik menunggu panggilan, sebab demam saya sudah sangat tinggi.

Pernah juga dahulu, saya sesak nafas hingga berbunyi ‘ngiiikkk’ , saya di antar malam itu ke klinik. Hanya dan selalu beliau yang mengantar saya. Dokter bilang, saya ada penyakit bronkhitis saat itu, ( bronkhitis adalah salah satu penyakit paru-paru, selebihnya baiknya lihat di google, karena jujur saya malas copas hehe) . Saat itu juga dokter menyarankan agar saya di ‘asap-asap’ dengan memakai alat di klinik itu. Barangkali ada sekitar sejam lebih, saya memakai masker berselang yang di bawahnya ada carira yang sudah di campur dan terpasang ke alat. Selama itu, beliau ada di samping saya , menemani saya yang terbaring di kasur pasien dalam sebuah ruangan.

Selain kisah itu, banyak lagi.

Tapi bagi saya, itu yang paling berkesan, seorang ayah yang memberikan kasih sayang dengan tulus tanpa memandang anak kandungnya atau bukan.

Ayah dianugerahi Allah hati malaikat. Baik super ++,tulus super ++, penyayang super ++, rajin ibadah. Terlebihnya lagi, beliau tidak pernah mencicipi rokok sedikit pun, yang artinya bukan perokok.

Yang kedua, yang berhati malaikat itu adalah adik kandung saya (yang se-ibu se-bapak).
Kalau saya jelaskan bagaimana kehidupannya, itu ‘Wah’ saya ini hanya sebutiran debu yang lemah.
Sebab dari kecil, dia tidak pernah merasakan kesenangan dan kebahagiaan seorang bapak. Bahkan dia tidak mengenal siapa itu bapak. Dari kecil sampai SD, yang dia yakini bahwa dia hanya punya ‘ibu’ , tapi hingga ayah datang saat itu, dia menganggap itu adalah ayahnya.

Namanya Hanaa , artinya ‘Bahagia’.

Kalau dari yang saya tahu (karena sejak kecil kami berpisah 5 tahun), dia selalu bahagia dan menebar kebahagiaan meskipun saya sendiri melihat kehidupannya begitu..... ya hmm. Saat saya dan dia kembali tinggal bersama dalam rumah dengan warna yang berbeda, saya sangat iri padanya karena dia selalu terlihat bahagia tanpa sebab, dan saya tidak pernah merasakan apa yang dia rasakan. Sungguh saya penasaran.

Ini kejadian nya baru-baru ini. Hari itu saya memegang amanah mengurusi rumah dan adik yang paling kecil (masih batita) , Kebetulan Hanaa saat itu libur panjang namun saat itu sedang sakit tak enak badan. Karena saya pikir, dia itu sudah besar dan sebentar lagi berumur 17 tahun, mungkin bisa mengurusi dirinya sendiri dan tidak perlu dimanjakan di beri ini itu karena saya juga ada amanah lain.
Besoknya, saya sakit migrain dan dia sembuh, akhirnya kami bergantian. Yang menjaga amanah pun akhirnya dia. Pagi itu, pekerjaannya sudah selesai, kira-kira pukul 10 pagi, dia sudah kembali menidurkan si kecil, sedangkan saya tertidur pulas setelah sarapan pagi karena migrain. Lalu, dia datang ke kamar saya membawakan roti isi, obat sakit kepala (obat andalan yang biasa di minum) dan secangkir air. Dia meminta saya untuk meminum obat dan berkata bahwa minumnya sudah di sediakan di meja belajar.

Dalam hati kecil saya, saya malu sekali. Pagi hari melihat gadis muda berhati malaikat memberi obat pada saya, padahal kemarin saya tak pedulikan dia sama sekali. Dan terputarlah episode-episode kebaikan dia dari dia waktu masa kecil. Memanglah saya adalah tokoh antagonis dalam kisah berwarna ini. Hati dia terlalu jernih, berpikir lurus dan selalu bersangka baik dan selalu saja membahagiakan orang lain tanpa sebab dan tujuan. Dia sangat dewasa.

Saya pun bercerita kepada ibu saya tenang kejadian ini. Beliau pun berkata :
“Allah akan selalu membalas segala perbuatan secepat-cepatnya atau selambat-lambatnya secara langsung.”

Saya memang malu mendengarnya, tapi memang benar bahwa Allah akan membalas segala perbuatan yang pernah dilakukan. Apa yang saya lakukan memang buruk, tapi Allah membalasnya dengan menunjukan kebaikan sehingga menjadikan hati saya sangat malu. Sangat sangat sangat malu. Karena Allah Maha Baik dan Maha Pemurah.

Ya, Allah menunjukkan saya bahwa hati yang bersih adalah hati yang di miliki adik dan ayah saya. Semua pengalaman yang pernah terjadi,saya mengambil hikmahnya dan berusaha untuk memiliki hati yang seperti itu. Hati yang selalu memberi kedamaian dan hati yang selalu bersinar dengan segala kebaikannya. Dan berusaha untuk terus mendewasakan diri.


Semoga bermanfaat dan bisa di ambil nilai baiknya, dan harap maklum atas kesalahan, sebab seorang penulis tak selalu benar walaupun menulis kebenaran.
19.54.00 No komentar

Banyak kisah yang bisa di ambil hikmahnya, di setiap detik nafas ini berhembus,
Tapi, hanya beberapa yang bisa masuk sampai ke hati.
Karena rasa bersyukur itu masih sedikit.

Dimasa serba canggih ini, gak up to date kalau gak ikutan makan makanan yang kekinian, yang wenak dan harganya mantap.

Karena suatu alasan,dan terpaksa memilih jajan di pinggir jalan.

Malam itu, gerimis. Angin yang berhembus sejuk tapi menusuk. Bagaimana tidak? Dibalik roda dagangan, seorang kakek tua dengan kulit yang keriput di baluti engan syal tebal dan baju sederhana, sedang duduk sambil memegangi piring dengan  daun pisang di atasnya di tangannya.

Bukan duduk, tepatnya menahan badan dalam posisi jongkok.

Di atas daun pisangnya, hanya nasi,sedikit sayur daun singkong, dan dua tusuk aci yang di bulat-bulat ukuran kecil.

Entah sudah berapa suap nasin yang kakek itu makan,yang pasti beliau hanya di temani lilin yang bertahan untuk terus menyala karena angin itu selalu berusaha memadamkannya.

Kakek itu lantas berdiri,segera menyudahi makanannya dan menyimpan piring itu sambil gemetar.

Lalu menyalakan kompor, melayani pembeli yang hanya seorang dan memasah satu buah jualannya.

Bagaimana jika memang itu menu keseharian sang kakek?


Sedikit kisah,

Bapaknya hanya bekerja sebagai jasa pengantar barang dengan modal sepeda motor tua. Anak laki-laki itu selalu berangkat bersama bapaknya. Pagi itu , Ia meminta agar bekalnya di tata seunik mungkin.

“bu, nasi bekalnya aku minta di kecapin aja ya, biar bisa leluasa makannya”

Akhirnya setiap bekal makan siang pun selalu seperti itu, nasi di baluri kecap.

Memang ia suka,rasanya manis dan enak. Bahkan bagi penikmat rasa kecap pun menganggap nya istimewa karena rasanya yang khas.

Wajahnya pun bersemangat ketika sedang makan siang bersama teman-temannya, tak ada gelisah ataupun rasa malu karena akan di sangka penggila kecap.

Ada alasan kenapa ia menjadi penikmat kecap jikalau membawa bekal makan siang ke sekolah.

Dia menutupi nasinya. Ia tau ibunya hanya mampu membelikan beras jenis raskin dengan warna jadinya nasi pun tak seputih nasi yang biasa orang-orang makan.

Hanya sedikit menutupi.
Dengan kecap.

Kisah lainnya,


Wanita paruh baya itu tulang punggung keluarga, biaya hidpnya bergantung pada gaji yang dia dapatkan dari hasil mencuci dan menggosok pakaian disalah satu rumah yang ada di perumahan.

Suaminya pergi .

Ia hanya tinggal bersama kedua anaknya yang masih kecil.

Kala itu, pemilik rumah tak lagi memperkerjakannya karea pindah kota.

Anaknya hendak ingin makan, namun beras yang ada hanya untuk 3x makan.

Hanya 2 hari nasi itu mencukupi untuk makan mereka, walaupun makan hanya dengan nasi tanpa lauk.

Hingga akhirnya nasi pun tak ada, dan beras pun tak mampu dia beli.

Tapi dia percaya,ada penguasa hati bersamanya.

Adapun kisah selain itu,


Tempat nya dia bekerja, mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK kepada beberapa pekerja. Pria paruh baya itu hanya bisa pulang dengan membawa uang tidak seberapa yang diberikan atasannya saat dia di putuskan untuk di PHK. Keluarga kecilnya tak menerima, bahkan dia tidak di izinkan untuk masuk kedalam rumah. Dia pun merantau, tapi tak kunjung dia dapatkan pekerjaan.

Tidurpun hanya beralaskan koran di depan toko yang ada di pinggir jalan.

Begitulah kehidupan malamnya, badan di tusuk oleh hembusan angin dengan lembaran hitam di langit.

Bangganya , dia bukan berjiwa peminta, tapi dia memiliki jiwa pembantu yang waktu kapan pun dia mampu berdiri dengan apa yang ada di hadapannya.


Kisah yang lain,


Orang tuanya tak mampu membiayai kehidupan keluarganya. Hingga akhirnya dia pun tinggal di panti asuhan. Ibunya hanya penjual gorengan , ayahnya kuli pengangkut barang dagang di pasar. Gadis kecil itu sering kali pergi sendiri keluar panti tanpa izin, hanya untuk bertemu dengan orang tua nya. Tapi , siapa sangka gadis 9 tahun itu berani membeli tiket dan pergi menaiki kereta api cepat seorang diri.

Hanya untuk memenuhi hasrat kerinduannya?


Tanya kenapa?

Seorang pelukis sangat menyukai lukisannya,
Seorang dokter sangat menyukai pekerjaannya,
Seorang penulis sangat menyukai tulisannya,
Seorang koki sangat menyukai masakannya,
Seorang pengusaha sangat menyukai usahanya,
Seorang pemahat sangat menyukai barangnya.

Karena setiap orang , punya kesukaan tersendiri untuk menjadi dirinya.

Jawaban terbaik,
Ada yang mampu, ada yang tidak mampu,
Ada yang bahagia, ada yang tidak bahagia,
Ada yang mudah, ada yang susah.

Tapi, untuk melewati semua itu, setiap orang memiliki jawaban terbaik versinya sendiri.

Sebab ia tahu bahwa dia yang akan menjalani,
Sebab ia tahu apa yang akan melewatinya,
Sebab dia tahu akan ada rintangan yang akan dia lalui sendiri.
Bukan jawaban dari orang lain yang bahkan tak akan hadapi apa yang akan dia hadapi.

Dewi Lestari, Andrea Hirata, Tere Liye, Asma Nadia, Ilana Tan, J.K. Rowling, Agatha Christie, dan penulis lainnya.

Memiliki cara tersendiri yang mereka sukai untuk menulis kisahnya, dan punya jalan versi sendiri untuk membangun perasaan yang ada dalam tulisanya.
Hanya dengan sedikit sentuhan. Perasaan itu hidup.

Ya, karena mereka menyukai, mengeluarkan apa yang ada di pikirannya, berpendapat versi masing-masing.

Bahkan banyak ang mengutip kata kata berperasaan itu dari beberapa buku.

Jadi, harus kah seperti mereka?
No, kita punya cara terbaik versi kita sendiri
Ada pepatah bilang :
“to show your image, just be your self” .


‘lu salah, ini gue kasih tau yang bener’
‘gue nih yang bener, lu salah.’
‘tuh kan, apa kata gue, beneran gue kan?’

Mengingat prasangka-prasangka seperti itu..
Setiap orang punya jawaban terbaik versinya sendiri.

Gak mungkin seorang pelari menyalahkan penari karena langkahnya salah.
Tanya kenapa? Karena meraka masing-masing punya pelatih terbaik versinya masing-masing.
 Gak mungkin seorang pelukis menyalahkan penulis karena mengambarkan rasanya berbeda.
Tanya kenapa? Karena mereka memiliki alat dan teknik terbaik versi masing-masing.

Tapi, mereka tahu, bahwa mereka memiliki kesamaan.
Mereka manusia.
Maka dari itu, mereka saling menghargai perbedaan satu sama lain.

Jadi, kenapa kakek itu makan seadanya dan melyani pembeli meskipun seorang?
Karena dia menyukai pekerjaannya.

Jadi kenapa wanita paruh baya itu bertahan walau hanya nasi hanya cukup ntuk 3x makan?
Karena dia menjawab dengan versinya sendiri.

Jadi kenapa anak laki-laki itu selalu ikhlas bekal makan siang dengan kecap?
Karena dia menjalani dengan versinya, dan dia menyukainya.

Jadi kenapa pria paruh baya itu tetap bertahan?
Karena dia punya jalan versinya sendiri.

Jadi, kenapa gadis kecil itu naik kereta sendiri?
Karena dia punya solusi terbaik versinya sendiri.

Mereka betul kuat karena versinya masing masing..

Lalu kita yang sudah serba kecukupan selalu merasa kurang , selalu ingin memiliki seperti kehidupan yang ‘kekinian’, serba kekinian, hingga berusaha menjadi orang lain..

Dan lupa caranya untuk bersyukur..


Padahal ada jalan terbaik yang akan kita temukan dari versi kita sendiri. (HK)
14.06.00 No komentar

Pasangan hidup impian.

Perempuan mana yang tak mendambakan sesosok keturunan adam yang seperti Muzammil?
Tentu rata-rata perempuan yang beriman mungkin bisa saja mendambakan yang seperti itu.

Shaleh, rajin ibadah, hafizh qur’an , terjaga. Siapa yang tak mendambakan kehidupan surga dunia bersamanya?
(Hehe apasih han)

Terkadang, kenyataan memang tidak sesuai dengan keinginan. Kita sebagai hamba Allah hanya harus berserah diri dan meminta padanya agar diberikan yang terbaik untuk kehidupan. Karena apa yang baik bagi kita, belum tentu itu yang terbaik untuk kehidupan kita.

Soal pasangan hidup, pasti saja dalam benak hati di dalam sana menginginkan yang sempurna. Tapi kita harus sadar diri, kalau jodoh itu adalah cerminan diri kita. Dimana kita menjadi orang yang baik, maka jodoh kita yang baik pula. Dan jika kita menjadi orang jahat, jodoh kita akan yang jahat juga.

Saya sebagai perempuan hanya mendambakan pasangan hidup yang ada iman di hatinya. Ya, lelaki yang beriman. Karena saya percaya, dengan iman yang kuat, segala segi kehidupannya akan baik.

Dia beriman, lalu dia berjudi. Itu tidak mungkin.

Dia beriman, lalu dia mencuri. Itu tidak mungkin.

Dia beriman, lalu dia membunuh. Itu tidak mungkin.

Karena orang yang beriman, akan tahu apa yang baik dan bermanfaat bagi kehidupannya juga taat dengan apa yang diperintahkan oleh Allah.

Sebab, orang yang beriman memiliki rasa takut di dalam hatinya jika melakukan kesalahan baik kesalahan besar ataupun kecil. Melakukan ketaatan dengan membaca al-qur’an pun termasuk ciri yang beriman, sebab ia yakin bahwa al-qur’an adalah pelengkap,penyempurna, dan pedoman kehidupannya. Selain itu juga orang yang beriman akan selalu menyerahkan segala urusannya kepada Allah, sehingga hatinya tenang dan kehidupannya pun tentram dan juga senang membagikan sebagian hartanya untuk sedekah.

Ibuku pernah berkata, jika terdapat lelaki di suatu rumah lalu lelaki tersebut jarang ataupun bahkan tidak shalat di masjid padahal dia mampu, Rasul mengancam rumahnya dan isinya itu (keberkahan,istri, anak, atau saudara yg tinggal di rumahnya) di bakar api neraka di akhirat nanti. 

Saya sempat kurang percaya, karena bukan kah bisa saja setiap orang shalat di manapun termasuk rumahnya? . Ternyata iya itu memang betul, tapi seorang lelaki diwajibkan untuk berjamaah. Terlebih lagi di masjid.

Ada dalilnya tentang ancaman Rasulullah SAW.

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh, aku pernah bertekad untuk menyuruh orang membawa kayu bakar dan menyalakannya, kemudian aku akan perintahkan orang untuk mengumandangkan adzan untuk shalat [berjama'ah] kemudian akan aku suruh salah seorang untuk mengimami orang-orang [jama'ah] yang ada lalu aku akan berangkat mencari para lelaki yang tidak ikut shalat berjama’ah itu supaya aku bisa membakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhari [644] dan Muslim [651]).

Ya, saya menginginkan pasangan hidup yang beriman, yang selalu mendirikan shalat wajibnya berjamaah di masjid dan mencintai Allah & Rasul.

Cinta saya tidak di nomor satukan? Cintanya terhadap saya hanya sebesar biji jagung? Cintanya terhadap saya tidak banyak?

Tak apa, saya rela,sebab saya menerima itu. Jikalau dia memang memberikan seluruh cintanya kepada Allah dan Rasul. Dan bukankah posisi saya itu ada di urutan bawah ya sebagai istri? (hehehe)
Ya, Mencintai karena Allah. Mencintai karena mengharap Ridha Allah.

Lalu? Apakah saya tidak mendambakan lelaki yang tampan dan kaya dengan pekerjaan dan jabatan yang terpandang?

Bagi saya, itu hanya bonus.

Tampan, kelebihan fisik bagi saya itu bukan apa-apa. Sebab tidak akan seseorang mempunyai kelebihan melainkan atas seizin Allah. Berarti tampan, milik Allah? Memang.

Jikalau menua, ketampanan akan luntur, semua kulit akan menjadi keriput, dan jika meninggal akan bersatu dengan tanah , bukan?

Jikalau saya memilih pasangan hidup atas dasar fisik, suatu saat saya akan meninggalkannya sebab ia sudah tidak tampan lagi secara tidak disengaja. Kenapa? Karena saya hanya menikmati ketampanannya, bukan dirinya.

Kaya, kelebihan harta adalah suatu kemajuan? Ya, bila semua berada di jalan Allah. Tapi, bagi saya harta bukan segalanya. Karena tidak akan ada harta yang dimiliki kita melainkan atas seizin Allah. Sebab, Allah sudah mengatur rezeki makhluk-Nya. Untuk apa memiliki banyak harta bila didapatkan dari usaha yang jelek? Semisal mencuri, riba, dan hutang? Ya, memang nikmat, tapi tak ada keberkahannya.

Rasulullah, mencintai umatnya,  dengan cinta yang begitu besar meskipun keimanan dalam hati umatnya hanya seukur biji kurma, biji jagung, bahkan biji zarah.
Betapa sombongnya kita, jika kita mencintai ciptaan-Nya jika hanya menginginkan seseorang dengan takar keimanannya yang sempurna.

Saya hanya menginginkan pasangan hidup yang beriman. Yang ada iman di hatinya, entah sebesar apa.

Yang mau diajak menuju kebaikan, yang mau belajar bersama untuk meraih keridhaan.
Yang mau menerima kekurangan saya.
Yang mau menerima apa adanya diri saya.
Hanya karena Allah.

Lalu ternyata dia hafizh dengan hafalan 30 juz? Wah itu mah bonus.

Saya tidak menuntut yang hafalannya banyak, yang infaknya banyak, yang tahajjud nya banyak. Itu cuma bonus.

Bukankah tidak semua orang sama? bukankah setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing?
Tapi saya percaya, setiap orang punya kemampuan untuk menjadi lebih baik.

Hijrah, perjalanan untuk menjadi lebih baik. Hidayah memang tak kenal tempat dan tak kenal waktu, caranya? Di jemput, bukan di tunggu.


Tapi, bukankah lebih indah jika menjemput hidayah dan berhijrah bersama-sama?
11.04.00 1 komentar

Rumah tangga impian.

Saya hanyalah seorang mahasiswi, tapi  tak ada salahnya kan jika berekspektasi kehidupan masa depan?

Jikalau saya memiliki pasangan hidup,

Saya hanya menginginkan diri saya sendiri untuk bekerja di rumah. Menjaga hartanya dan menjaga diri saya yang dimilikinya, juga menjaga hatinya.

Saya tak cukup pandai memasak, namun saya punya keinginan untuk mempunyai usaha catering dengan bahan-bahan yang halal, kalau usahanya lancar, saya bisa rekrut ibu-ibu rumah tangga atau mengajar para gadis-gadis yang kurang terampil, bukankah itu pekerjaan mulia? Belajar ilmu dan berbagi.

Saya tak cukup pandai dalam mengajar, namun saya punya keinginan juga untuk menjadi seorang guru, juga sekaligus mendirikan rumah belajar gratis untuk anak anak usia sekolah yang kurang memahami pelajaran, minimal hanya untuk anak-anak di wilayah sekitar rumah nanti.

Saya tak cukup pandai dalam menjahit, namun saya punya keinginan untuk mempunyai sebuah butik dengan pakaian syar’i yang sebagian keuntungannya di donasikan kepada panti asuhan atau di berikan langsung kepada anak-anak yatim.

Saya tak cukup pandai dalam mendesign, namun saya punya keinginan untuk membuka toko merchandise dengan design yang di buat sendiri dengan sentuhan islami di dalamnya, agar dakwah bisa terealisasi juga.

Saya mempunyai banyak ide dan keinginan untuk membangun pekerjaan di dalam rumah sendiri. Saya ingin keberkahan menyertai keluarga kecil saya, jauh dari hutang dan riba.

Kenapa saya tak ingin menjadi wanita karir? Karena saya hanya ingin dirumah, saya ingin membangun suatu istana dengan kenyamanan yang sangat hangat teruntuk keluarga kecil saya. Karena, saya percaya seorang wanita punya peran yang sangat menakjubkan untuk menghiasi apa yang ada di rumahnya.

Jikalau nanti pendamping saya hanya seorang buruh pabrik, tak apa, asal tidak berunsur riba dan pabriknya menjual produk yang halal.

Jikalau nanti pendamping saya hanya seorang tukang jasa antar, tak apa, asalkan penghasilannya halal.

Jikalau nanti pendamping saya seorang pekerja kantoran, tak apa, asalkan dia bisa bertanggung jawab dengan apa yang dia kerjakan dan hasilnya halal.

Jikalau nanti pendamping saya dalam keadaan terpuruk, saya akan berkata padanya : “Mas, rezeki Allah sudah atur semuanya, kita Cuma cukup berusaha untuk mendapatkannya. Jangan pernah takut hanya karena kehilangan pekerjaan, jangan takut hanya karena gaji kecil. Bukan kah yang kita cari di dunia ini hanya keberkahan? Keberkahan pasti akan diberikan jika ada usaha.”

Menjadi pendamping yang mensupport, itu adalah impian saya.

Dalam impian masa depan keluarga kecil saya, saya hanya ingin keluarga saya terjaga baik kesehatan mental maupun fisik. Jadi saya juga ingin memelihara psikologi keluarga saya. Karena, apabila kesalahan terjadi dan merusak psikologi keluarga, maka hancurlah suasana damai.

Saya ingin menghidupkan keluarga saya dalam kecintaan,kasih sayang, disiplin, dan religius.

Bangun diwaktu sepertiga malam untuk shalat tahajjud,

Mandi sebelum adzan shubuh,

Mendirikan shalat shubuh tepat waktu,

Setelah shalat subuh, muhasabah, kultum, dan dzikir pagi.

Paginya, Bersih-bersih rumah lalu menyiapkan sarapan untuk anak dan suami.

Setelah mengurusi suami yang berangkat kerja, lanjut mencuci pakaian.

Sedikit melewati pagi, menjalani shalat dhuha dan tilawah.

Siang-sore menunggu suami, entah bekerja atau mengurus anak.

Karena setiap shalat wajibnya suami di masjid, maka menunggu pulang Isya.

Ba’da isya, Learning together,Let’s Play Together (Quality Time)

Menjelang pukul 9, Muhasabah diri lagi dan melakukan sunnah sebelum tidur.

Itu hanya sekedar rangkaian harian dari impian saya di masa depan.

Saya tak ingin mengabaikan sedetikpun kebersamaan.

Tulisan ini, saya tulis karena saya mendambakannya. Saya ingin mewujudkannya. Karena saya tidak ingin kehidupan masa kecil dan masa muda saya terulang. Maka dari itu , saya selalu belajar dari setiap pengalaman saya.

Ini baru mengenai rumah tangga impian, belum lagi mengenai keluarga impian, suami impian dan anak impian (walahhhh)


Next Episode yaaa;)
00.07.00 No komentar
Older Posts

Tentang Saya

Hanifa Khoirunnisaa

Mahasiswa D3 Teknik Informatika
Video Editor, Writer , Designer Graph.
Tobe a Creativepreneur!

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

  • Pengalaman SIPENMARU POLTEKKES Bandung 2015/2016
  • Sleep Walking : Sementara kah?
  • Lagu itu : mengingatkan aku kepada seseorang

Blog Archive

  • ▼  2019 (1)
    • ▼  Januari (1)
      • Pernikahan Impian : Mengenal islam
  • ►  2017 (15)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2016 (11)
    • ►  September (3)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
  • ►  2015 (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2014 (6)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (4)
  • ►  2013 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2012 (8)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (3)

Social Media

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates